BAB I
PENDAHULUAN
A.
Maksud
dan Tujuan
Adapun tujuan penyusun laporan lengkap ini
adalah agar siswa(i) dapat mengembangkan kemampuan dalam mengumpulkan dan
menyusun berbagai referensi ataupun hasil konsultasi langsung dengan
pembimbing, agar siswa(i) dapat mengembangkan kemampuan hasil perhitungan,
sebagai informasi dan sumber keputusan bagi pembaca khususnya siswa(i) Sekolah
Menengah Analis Kimia Makassar.
B.
Sistematika
Laporan
Laporan ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut:Tinjauan pustaka, menerangkan secara singkat mengenai biskuit, sirup, indomie, kadar air, kadar abu, kadar gula, kadar serat kasar, kadar karbohidrat dan logam berbahaya
Metode analisa
kesimpulan
1. Garam-garam organik, misalnya garam dari as. malat, oxalate, asetat., pektat dan lain-lain.
2. Garam-garam anorganik, misalnya phospat, carbonat, chloride, sulfat nitrat dan logam alkali (Anonim, 2010).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain:
Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
• Pengabuan cara Langsung (Cara Kering)
a. Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, serta digunakan untuk sample yang relative banyak.
b. Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta abu yang tidak larut dalam asam, dan
c. Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama,
b. Tanpa penambahan regensia,
c. Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan
d. Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi (Apriantono 1989).
• Pengabuan cara Tidak Langsung (Cara Basah)
a. Waktu yang diperlukan relatif singkat.
b. Suhu yang digunakan relatif rendah.
c. Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relative rendah.
d. Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat pengabuan, dan
e. Penetuan kadar abu lebih baik.
a. Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun.
b. Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya.
c. Memerlukan koreksi terhadap regensia yang digunakan.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak terdapat pada akasia.
2 Cu2+
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-
Gejaka yang timbul jika terjadi keracunan Pb adalah,muntah muntah secresi menyerupai susu,sakit perut dan nyeri perut yang sangat hebat. Pb juga menyerang syaraf,memperketat kerja ginjal sehingga cepat rurak dan dalam kasus yang berat dapat menyebabkan kematian. Reaksi lain yang berbahaya yaitu reaksi alergi yang mengakibatkan iritasi dan pembengkakan kulit.
a.
Bagian awal laporan, meliputi:
·
Halaman judul
·
Kata pengantar
·
Daftar isi
b.
Bagian isi laporan, meliputi:
·
Bab I
Pendahuluan, menerangkan maksud, tujuan dan
sistematika laporan
·
Bab II
·
Bab III
·
Bab IVass
c.
Bagian akhir laporan, meliputi:
·
Dartar pustaka
·
Lampiran-lampiran
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
MIE
INSTAN
Tahukah anda jikalau mi instant yang sudah
mendarah daging dan menjadi salah satu makanan pokok di Indonesia ternyata
memiliki kandungan kadar gizi yang cukup banyak dan berguna bagi tubuh. Hal ini
berbeda dengan omongan orang-orang yang mengatakan bahwa makan mie instant
membuat orang kekurangan gizi.
Hal itu memang ada benarnya karena pada mie
instant memiliki nilai gizi nutrisi (nutrition fact) yang belum lengkap
sehingga alangkah baik jika dalam mengkonsumsi mi instant dipadukan dengan
bahan-bahan lain yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuh kita sehari-hari.
Berdasarkan hasil pantauan ternyata nilai
gizi dari tiap rasa dalam satu merek yang sama punya kandungan gizi yang
berbeda-beda. Contohnya pada produk Indomie di mana kadar gizi pada Indomie
rasa soto mie berbeda jauh dengan kandungan gizi pada Indomie rasa baso sapi.
Dari sisi energi yang bisa kita dapat dari tiap sebungkus mi instan pun dapat
kita ketahui.
Namun yang perlu diketahui adalah bahwa kebutuhan
gizi untuk tiap-tiap orang adalah berbeda-beda dan dalam tiap bungkus mie
instant belum tentu memiliki kandungan yang sama persis seperti pada informasi
nilai gizi pada kemasan pembungkus. Dari info gizi tersebut seharusnya kita
dapat melengkapi kekurangan gizi dari tiap bungkus mi instan dan menghindari
kelebihan kadar gizi pada tubuh kita.
Untuk menambah protein kita dapat menambahkan
telur atau kornet pada mie instant yang dimasak. Jika ingin menambah serat kita
bisa tambah sayuran seperti daun sawi, daun bawang, bawang goreng, dsb. Semua
dapat disesuaikan dengan mudah untuk mendapatkan gizi yang tidak didapat dari
satu bungkus mi instant.
Proses pembuatan blok mi Indomie dilakukan
secara higienis dan tidak menggunakan bahan pengawet apapun.Proses
pengawetannya dilakukan dengan cara pengeringan, yaitu digoreng dalam minyak
goreng bersuhu tinggi, yang dikenal sebagai deep frying. Atau bisa
juga dengan proses pengeringan menggunakan hot air drying. Sebagian
besar produk mi instan yang diproduksi secara komersial diawetkan melaui
proses deep frying.
Melalui proses pengeringan tersebut, kadar
air dalam mi instan hanya sekitar 2-4% saja sehingga tidak memungkinakan
mikroba pembusuk berkembang biak. Dengan alasan tersebut mi insan tidak perlu
lagi ditambah dengan bahan pengawet apa pun. Demi keamanan, sebaiknya kita
selalu memperhatikan tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan Indomie
setiap akan membeli atau mengkonsumsinya.
C.
KADAR
AIR
Kadar air adalah persentase kandungan air
suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau
berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas
maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat
kering dapat lebih dari 100 persen. (Syarif dan Halid, 1993).
Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air
merupakan pemegang. peranan penting, kecuali temperatur maka aktivitas air
mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan dan ketengikan. Kerusakan
bahan makanan pada umumnya merupakan proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik
atau kombinasi antara ketiganya. Berlangsungnya ketiga proses tersebut
memerlukan air dimana kini telah diketahui bahwa hanya air bebas yang dapat
membantu berlangsungnya proses tersebut.
Ada beberapa macam metoda kadar air, yakni :
a.
Metoda pemanasan langsung
b.
Metoda pengering vakum
c.
Metoda karl fischer
Pemilihan metoda yang akan dipakai,
tergantung dengan bagaimana keadaan/sifat
contoh yang akan ditetapkan. Dalam penetapan kadar air pada sampel mie dan
sirup, dilakukan metoda pemanasan langsung.
Metoda pemanasan langsung digunakan untuk
menetapkan kadar air dari zat yang tidak mudah rusak atau menguap pada suhu
pemanasan 100o – 105o C.
Penetapan ini relative sederhana dimana
contoh yang telah ditimbang atau diketahuo bobotnya dipanaskan dalam suatu
pengering listrik pada suhu 100o – 105oC sampai
bobot tetap. Selisih bobot contoh awal dengan bobot tetap yang telah dicapai
setelah pengeringan adalah air yag telah menguap.
Analisa kadar air menggunakan pengering oven
merupakan cara analisis yang paling banyak digunakan karena relative sederhana.
Namun demikia, sering adanya kesalahan yang
diabaikan praktikan, yakni :
·
Jika suhu oven yang digunakan lebih kecil
dari yang seharusnya (105o C) dapat mengakibatkan tidak semua
air dalam contoh teruapkan hingga dapat menyebabkan kadar air yang diperoleh
kecil dari yang seharusnya.
·
Jika suhu oven lebih besar dari yang
seharusnya dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi karena tidak hanya air yang
teruapkan tetapi minyak atsiri yang mudah menguap ikut teruapkan.
Kadar air merupakan banyaknya air yang
terkandung dalam bahan, yang dinyatakan dalam persen (%). Kadar air juga salah
satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat
memspengaruhi penampakan, tekstur dan citarasa pada bahan pangan.
Kadar air cenderung menurun dengan
meningkatnya lama pengeringan, proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh lama
pengeringan. Pengeringan dengan menggunakan suhu yang tinggi dapat
mengakibatkan pengeringan yang tidak merata, yaitu bagian luar kering sedangkan
bagian dalam masih banyak mengandung air.
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa),
metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus (kromatografi, nuclear magnetic
resonance / NMR). Pada praktikum kali ini, metode yang digunakan adalah
metode pengeringandengan oven biasa dan metode destilasi.
Metode oven memiliki beberapa kekurangan,
yaitu bahan lain ikut menguap, terjadi penguraian karbohidrat menghasilkan air
yang ikut terhitung, ada air yang terikat kuat pada bahan yang tidak
terhitung. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus
didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan
yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel
setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah
menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat
dalam sampel, setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen
kadar air dalam bahan.
Pada metode destilasi harus menggunakan
pelarut imicible yang mempunyai massa jenis lebih ringan daripada air dan mempunyai titik
didih lebih besar daripada air, contohnya toluene. Air yang masuk ke dalam
kondensor harus mengalir. Pada metode ini, sampel dan pelarut dimasukkan
dalam labu sampai sampel terendam kemudian dipanaskan sehingga terjadi
penguapan. Uap yang terbentuk akan naik dan masuk ke kondensor yang
mengkondensasi uap sehingga akan mencair kembali dan ditampung untuk mengukur kadar
airnya.
Pada kedua metode diatas, sebelum dilakukan
penimbangan sampel harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam desikator selama 15
menit yang bertujuan untuk mendinginkan sampel tetapi tidak terjadi penyerapan
air. Penentuan kadar air dengan metode destilasi lebih cepat dan akurat
daripada metode oven.
D.
KADAR
ABU
Abu adalah zat anorganik sisa hasil
pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada
macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral
suatu bahan.
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat
merupakan dua macam garam yaitu :
Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang
mineral dapat terbentuk sebagai senyawa yang kompleks yang bersifat organis.
Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit.
Oleh karenanya biasanya dilakukan dengan menentukan sisa pembakaran garam
mineral tersebut yang dikenal dengan pengabuan. Komponen mineral dalam suatu
bahan sangat bervariasi baik macam maupun jumlahnya. Penentuan konsistensi
merupakan mineral bahan hasil pertanian yang dapat dibedakan menjadi dua
tahapan yaitu : pengebuan total (larut dan tidak larut) dan penentuan individu
komponen.
1.
Menentukan
baik tidaknya suatu pengolahan
Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila
masih banyak katul atau lembaga yang terikut maka tepung gandum tersebut akan
memiliki kadar abu yang tinggi.
2.
Mengetahui
jenis bahan yang digunakan
Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan
kandungan buah yang digunakan dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga
dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau
sintesis.
3.
Penentuan
parameter nilai gizi pada bahan makanan
Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam
asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain (Fauzi
(2006)
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembkaran suatu bahan organik. Penentuan
kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu
bahan. Kemurnian serta kebersihan suatu bahan yag dihasilkan semakin tinggi
kadar abu maka kebesihan suatu produk semakin berkurang.
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu
dengan mengoksidasi semua zat organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 – 600oC
dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran tersebut (Sudarmadji, 1996).
Pengabuan yang dilakukan didalam muffle
dilakukan melalui 2 tahap yaitu :
a.
Pemanasan pada suhu 300oC yang
dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat
volatile dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan
sampai asap habis.
b.
Pemanasan pada suhu 800oC yang
dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba
agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba.
Setelah pengabuan selesai maka dibiarkan
dalam tanur selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan, krus porselin dioven
terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu
selama didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang
sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan dalam eksikator yang
telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah itu dilakukan
penimbangan dan catat sebagai bera c gram.
Beberapa kelemahan maupun kelebihan yang
terdapat pada pengabuan dengan cara lansung. Beberapa kelebihan dari cara
langsung, antara lain :
Sedangkan kelemahan dari cara langsung,
antara lain :
Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung
yaitu memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan
pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alcohol ataupun pasir
bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tunggi. Pemanasan
mengakibatkan gliserol alcohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya
porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada
pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan
oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses penngabuan
(Sudarmadji, 1996).
Beberapa kelebihan dan kelemahan yang
terdapat pada pengabuan cara tidak langsung. Kelebihan dari cara tidak
langsung, meliputi :
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada cara
tidak langsung, meliputi :
A.
KADAR
SERAT KASAR
Serat kasar mengandung senyawaan selulosa,
lignin dan zat lain yang belum dapat diidentifikasi dengan pasti, yang disebut
serat kasar adalah senyawaan yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan
manusia atau binatang. Dalam analisa penuntun serat kasar diperhintungkan
banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan
kondisi tertentu.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
analisa adalah:
1.
Defathing, yaitu menghilangkan dan
perhitungan lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan pelarut lemak.
2.
Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu
pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini
dilakukan dalam keadaan tertutup suhu terkontrol dan bebas udara.
Penyaringan harus segera dilakukan setelah
digestion selesai, karena penundaan penyaringan udara dapat mengakibatkan lebih
rendahnya hasil analisa, karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan
kimia yang dipakai untuk bahan yang mengandung banyak protein, sering mengalami
kesulitan dalam penyaringan, maka sebagian dilakukan digesti dengan enzim preteolitik.
Residu yang diperoleh dalam pelarutan
menggunakan asam dan basa merupakan serat kasar yang mengandung ± 97% selulosa
dan lignin dan sisanya adalah senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi.
Serat kasar sangat penting ditentukan dalam
penilaian kualitas bahan makanan, karena adanya angka ini merupakan indeks dan
menentukan nilai gizi bahan makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar
dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan baku efisiensi suatu proses.
Kehilangan selulosa dapat mencapai 85%
sedangkan kehilangan lignin dapat mencapai 50%-90%, tergantung jenis tumbuhan
monokotil yang lebih muda larut dalam larutan alkali dibandingkan unsur lignin.
Berdasarkan penelitian, serat kasar tak mencerminkan serat sebenarnya,
maksudnya karena fraksi serat ini terdiri dari selulosa, hemiselulosa,dsb.
Sedangkan perlakuan dari metode ini seperti penambahan asam encer panas
semilulosa dan lignin lebih mudah larut dengan alignin selulosa.
Keadaan inilah yang menyebabkan hubungan tak
jelas antara serat kasar dan serat sebenarnya. Selain itu juga terdapat
analisis lain dalam serat makanan relatif mudah yaitu metode couthpale.
Analisis serat pada makanan mulai diperhatikan timbulnya berbagai macam
penyakit yang disebakan oleh serat.
Peran utama dari serat dalam makanan adalah
pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat,
membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk
disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah
akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus
untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar
menjadi lebih lamban.
Mutu serat dapat dilihat dari komposisi
komponen serat makanan, dimana komponen serat makanan terdiri dari komponen
yang larut (Solube Dietary Fiber, SDF), dan komponen yang tidak larut
(Insoluble Dietary Fiber, IDF).
Ada beberapa metode analisis serat, antara
lain metode crude fiber, metode deterjen, metode enzimatis yang masing-masing
mempunyai keuntungan dan kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara
kimia tidak menunjukan sifat serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila
menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan adalah antara
10-500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan terkecil pada
kotiledon tanaman. Metode
analisis dengan menggunakan deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau Neutral
Deterjen Fiber, NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur
komponen serat makanan yang tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat
yang larut seperti pectin dan gum, harus menggunakan metode yang lain, selama
analisis tersebut komponen serat larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh
adanya penggunaan asam sulfat pekat.
Metode enzimatik yang dikembangkan oleh Asp,
et al (1984) merupakan metode fraksinasi enzimatik, yaitu penggunaan enzim
amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat
mengukur kadar serat makanan total, serat makanan larut dan serat makanan tidak
larut secara terpisah.
B.
KADAR
KARBOHIDRAT
Karbohidrat ('hidrat
dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari
bahasa yunani σάκχαρον,
sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik
yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh
makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan
makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi
pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada
proses fotonsintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi
karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah
polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan
senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi
karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada
awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai
rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom
karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat
yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen,
fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana
terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya
glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang
tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta
dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan
selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida
(rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa
monosakarida).
Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya
di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah: Sebagai sumber kalori atau energy,
sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai bahan pengisi dan pembentuk,
sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber
serat (Winarno 2007).
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula
pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut
:
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam
larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang
dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang
bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah
proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila
terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam
larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida
berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang
setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno 2007).
I2 bebas
ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga
I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam
air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum,
maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk
menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart
dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur
kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff
Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan
I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon (Anonim 2009).
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang
terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian
A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan
oleh pebuatan reagen yang berbeda
C.
UJI
LOGAM BERBAHAYA
Logam berbahaya ada yang dibutuhkan oleh
tubuh tapi jika berlebihan akan mengganggu kesehatan manusia. Merupakan suatu
zat kimia yang bisa terdapat pada makanan. Kehadirannya biasanya berasal dari
alat alat yang dipergunakan ketika mengolah makanan. Yaitu alat alat yang
terbuat atau dilapisi dengan bahan bahan kimia tersebut maupun dari cara cara
penanganan lainnya. Juga kadang kadang terdapat pada alat alat rumah tangga
yang terbuat dari logam stanles seperti sendok coktail yang dilapisi
timah,mangkok kramik yang dapat mengeluarkan Pb dan lain lainnya.
Arsens( As )
ARSENS adalah suatu zat kimia yang sering terdapat
pada makanan ,minuman dan kosmetik. Arsens dapat merusak ginjal,jika
keracunannya kuat sekali. Senyawa arsens sulit dideteksi karena tidak memiliki
rasa yang menönjol. Sering digunakan sebagai bahan dalam kosmetik dan pada
insektisida. Gejala gejala keracunan yaitu sakit di kerongkongan sukar
menelan,menyusul rasa nyeri lambung serta muntah-muntah.
Timah hitam(Pb)
Timah hitam ini umumnya terdapat dalam
makanan,air dan obat-obatan terutama apabila kemasannya menggunakan unsur
timah. Bersifat kumulatif artinya keracunan dapat timbtl bila kadar Pb menumpuk
dalam tubuh.
Mercuri(Hg)
Gejala-gejala keracunan Hg timbul antara lain
pada mulut dan pharyax yaitu terdapat bercak-bercak warna abu-abu. Keadaan ini
disertai perasaan nyeri,sehingga sering timbul keluhan rasa sakit pada mulut
dan lambung. Bila lambung dapat dikosongkan dengan segera,kemungkinan untuk
tertolong bagi si penderita sangat besar. Racun ini dalam konsentrasi tinggi
dapat mencapai apithel usus halus,dapat menyebabkan bercak -bercak darah yang
berat dan hebat,serta menyebabkan shock yang membawa kematian,karena colaps
pembuluh darah.
Cupper(Cu)
Adanya Cu pada makanan ini disebabkan terutama
karena penggunaan insektisida dan pertisida didalam usaha-usaha pertanian.
Banyak pula kasus-kasus keracunan terjadi karena Cu dalam tempat wadah untuk
makanan atau minuman, Cu yang masuk dalam mulut akan merusak ginjal hati dan
syaraf pusat. Gejala-gejala yang nampak adalah hawa mulut berbau,kerongkongan
dan perut kering,rasa ingin muntah atau diare terus menerus selama
berhari-hari,terdapat darah pada kotoran(fases) pusing-pusing dan demam.
Cadmium(Cd)
Biasanya cadmium terdapat pada tempa. Wadah
makanan olahan,pemakaian cadmium ini sudah mulai dilarang karena dapat
menyebabkan makanan kaleng kena hama cadmium. cadmium ini dalam kadar 30% mg
dapat meracuni dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan seluruh
pernapasan. Gejala-gejalanya adalah: Timbulnya bau/rasa kaleng yang tidak enak
didalam mulut. Sesak napas disertai dengan batuk-batuk,pusing-pusing kepala.
Badan terasa lemah dan kaki terasa pegal-pegal lama kelamaan ginjal,hati akan
rusak. Gejala-gejala lain yang nampak dalam waktu 1\2 sampai 1jam Adalah,pusing
kepala,kejang otot,shock sampai mengakibatkan kematian dalam waktu 24 jam.
BAB
III
METODE
ANALISA
A.
KADAR AIR
Dasar prinsip:
Sampel dipanaskan dalam oven pada suhu 100-105oC. Selisih bobot penimbangan sebelum dan sesudah
pemanasan dianggap sebagai bobot air.
Alat dan Bahan:
·
Alat
·
Petridisk
·
Oven
·
Eksikator
·
Gegep
·
Kasa
·
Neraca digital
·
Bahan
·
Sampel Indomie Rasa Soto
·
Sampel Sirup ABC Special Grade
Cara kerja:
a.
Sampel Mie Instan
Petridisk dikeringkan didalam oven 105oC selama 15 menit,
Petridisk didinginkan dalam eksikator dan ditimbang bobot kosong petridisk. Lalu menimbang 5,0599 gr sampelkedalam
petridisk yang diketahui bobot kosongnya, mengeringkan dalam
oven pada suhu105oC selama 2 jam kemudian didinginkan
dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
·
Bahan
·
Sampel Indomie rasa Soto
·
H2SO4 1,25%
·
NaOH 3,25%
·
Aquadest panas(dibubuhi H2SO4 1,25%)
·
Alkohol
·
Kertas saring tak berabu
Cara kerja:
Menimbang 2,0538 gr contoh kedalam
erlenmeyer 500ml ditambahkan 50ml H2SO4 1,25%,
lalu dididihkan dengan menggunakan pendingin tegak selama 30 menit. Didinginkan
dan ditambahkan 50ml NaOH 3,25% lalu dididihkan kembali selama
30 menit. Kemudian larutan disaring panas-panas dengan cawan gooch yang berisi
kertas saring (yang diketahui bobotnya) dalam penyaring vakum. Mencuci residu
dengan air panas yang telah dibubuhi H2SO4 1,25%
kemudian dibilas dengan alkohol lalu dikeringkan dalam oven 105oC.
Dididinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap.
A.
KADAR KARBOHIDRAT
·
Dasar Prinsip:
Pada penetapan cara luff dipakai pereduksi
garam Cu kompleks, di mana glukosa yang bersifat pereduksi mereduksi Cu2+ menjadi
Cu+ atau CuO menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Kemudian kelebihan CuO ditetapkan
dengan cara iodometri. Dengan menetapkan blanko, maka ml tio blanko-contoh setara
denngan jumlah mg glukosa yang terdapat dalam contoh.
·
Reaksi:
·
(C6H10O5)n +
n H2O n C2H1206
·
C6H12O6 +
2CuO Cu2O + C5H1105-C00H
·
sisa CuO + 2KI + H2SO4 CuI2 +
K2SO4 + H2O
·
CuI2 Cu2I2 +
I2
·
I2 + 2Na2S2O3 2NaI
+ Na2S4O6
bermanfaat :)
BalasHapus