PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Plastik
merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad
ke-20 yang berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus
ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220
juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan material plastik di
negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat
mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.
Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik
digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta
kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak
per tahun, dan 14 juta pohon ditebang.
Konsumsi
berlebih terhadap plastik mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar.
Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit
terdegradasi (non-biodegradable). Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya
polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur
mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga
membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun, sehingga jika tercecer di tanah,
bahan ini akan merusak lingkungan, menghambat peresapan air, menyebabkan
banjir, dan merusak kesuburan tanah. Setiap tahun satu triliun tas kresek
digunakan di dunia. Rata-rata setahun setiap orang di dunia ini menggunakan
sekitar 170 tas kresek. Faktanya hanya 1 persen tas kresek yang didaur ulang.
Berarti setiap satu menit, ada 2 juta tas kresek yang dibuang. Jika
dibentangkan, tas kresek itu mungkin bisa membungkus permukaan bumi 10 kali.
Sebanyak
80 persen sampah di lautan berasal dari darat dan 90 persen di antaranya adalah
plastik. Data PBB menyebutkan setiap mil persegi ada 46.000 sampah plastik
mengambang di lautan. Menurut laporan Greenpeace, sampah plastik yang masuk ke
laut menyebabkan sedikitnya 267 jenis biota laut menderita karena sampah
plastik. Bahkan, setiap tahun lebih dari satu juta biota laut seperti burung
laut, ikan paus, dan penyu mati karena mencerna atau terjerat sampah plastik.
Membakar tas kresek, selain mencemari udara, juga akan menghasilkan gas dioksin
yang jika terhirup akan membahayakan kesehatan manusia.
Untunglah
saat ini muncul teknologi baru kemasan plastik biodegradable. Plastik jenis ini
dapat dibuat dari polimer alami. Plastik ini dikenal dengan Poly Lactic Acid
(PLA). Ini adalah polimer dari sumber yang terbarukan dan berasal dari proses
esterifikasi asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri
menggunakan substrat pati atau gula sederhana. Poly Lactic Acid juga memiliki
sifat tahan panas, kuat, dan merupakan polimer yang elastis. Pisang adalah salah satu buah yang memiliki
banyak manfaat salah satunya daun pisang, banyak orang menggunakan daun pisang
untuk membungkus makanan bahkan zaman dahulu orang orang menggunakan daun
pisang untuk atap mereka agar terlindung dari panas matahari dan hujan. Tumbuhan
ini menyukai iklim tropis panas dan lembap, terutama di dataran rendah. Di
daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung
tanpa mengenal musim. Indonesia, Kepulauan Pasifik, negara-negara Amerika
Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara utama pengekspor pisang. Masyarakat
di negara-negara Afrika dan Amerika Latin dikenal sangat tinggi mengonsumsi
pisang setiap tahunnya.
Banyak
sekali orang Indonesia yang mengkonsumsi pisang dan mengolahnya menjadi
berbagai macam cemilan ataupun makanan lainnya, namun seringkali sebagian orang
hanya mengolah dan mengkonsumsi buahnya saja dan membuang kulitnya sehingga
menjadi sampah padahal kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium,
protein, dan juga lemak yang cukup (Sulffahri.2008). Hasil analisis kimia
menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90
persen dan karbohidrat (zat pati) sebesar 18,50 persen. Karena kulit pisang
mengandung zat pati maka kulit pisang dapat diolah menjadi sebuah plastik
polimer alami yang dapat dipakai oleh seluruh umat manusia didunia, sehingga
yang awalnya sebuah sampah yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat menjadi
suatu produk yang bernilai tinggi ekonominya dan menambah devisa negara
Indonesia serta membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.
A. Tujuan Praktek
Pelaksanaan Praktek bertujuan untuk:
1. Menambah pengetahuan siswa mengenai dunia kerja.
2. Menumbuh kembangkan sikap etos
kerja, sikap kemandirian, dan sikap profesional sebagai seorang tenaga analis
kimia.
3. Melatih dan meningkatkan disiplin
serta tanggung jawab dalam lingkungan kerja.
4. Menambah literatur bagi perpustakaan
Sekolah Menengah Kejuruan Bina Putera Nusantara Tasikmalaya
5. Membuka wawasan
siswa agar lebih mengenal dunia kerja.
6. Mengembangkan
kemampuan siswa dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh disekolah
7. Membina siswa
agar berhasil menjadi lulusan yang berkualitas, dan
8. Menyiapkan
siswa agar lebih familiar dengan lingkungan dunia kerja.
Tujuan khusus
dilaksanakannya kerja praktik adalah untuk:
1.
Mempelajari metode-metode analisa
kandungan kimia pada batubara.
2.
Memenuhi
salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Nasional (UN) dan Ujian akhir Semester.
B. Identifikasi Masalah
Batubara
merupakan bahan bakar padat yang mengandung mineral-mineral. Penanganan
batubara memerlukan pengamanan, karena ada beberapa masalah dalam penanganan
batubara antara lain :
1.
Batubara
dapat terbakar sendiri.
2.
Batubara
dapat menimbulkan ledakan.
Meskipun
terdapat masalah dalam penanganan batubara, masyarakat memakai sumber daya
energi di Indonesia, terutama yang menggunakan energi untuk keperluan
pembakaran dalam jumlah besar seperti: Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan
industri semen, menyadari bahwa penggunaan batubara mempunyai kelebihan antara
lain:
1. Penekanan
biaya operasi yang disebabkan oleh harga batubara yang lebih murah dari pada
jenis sumber energi lainnya.
2. Batubara
dalam dunia industri lebih berperan dibandingkan sumber energi yang lainnya.
Penggunaan
batubara dalam bentuk briket merupakan bahan yang sangat
potensial untuk menggantikan korosin maupun kayu bakar yang masih banyak
digunakan di daerah pedesaan, dengan beralihnya kebiasaan membakar kayu bakar
ke briket batubara, masalah ekologi air tanah akan mendapat
bantuan yang tak terhingga.
C. Metode Penulisan
Adapun
metode-metode yang penulis pergunakan dalam penyusunan laporan ini antara lain
:
1. Metode
Orientasi di Laboratorium
Pada
metode ini, penulis terjun langsung melaksanakan percobaan, dalam hal ini
penulis sendiri yang bertindak sebagai analis dalam melakukan analisa kimia.
Dengan metode ini penulis merekam semua bentuk pengamatan yang berkaitan pada
proses analisis kimia.
2. Metode Study Literatur
Pada
metode ini penulis membaca dan mempelajari berbagai literatur yang berkaitan
dengan materi tentang analisa batubara.
3. Konsultasi
dengan pembimbing
Apabila
dijumpai suatu permasalahan yang tidak terdapat pada literatur, maka sebagai jalan
keluarnya adalah berkonsultasi langsung dengan pembimbing.
BAB II
TINJAUAN UMUM PT. GEOSERVICES
A. Sejarah PT. Geoservices
PT. Geoservices adalah perusahaan konsultan yang seluruhnya dimiliki
oleh perusahaan swasta nasional, dua pendiri utama perusahaan ini adalah master
dari Colorado school of Mines Bapak H.L Ong yang mempunyai
gelar Doctor kimia batu-batuan pada tahun 1968 sedangkan Bapak Durban L. Ardjo
mendapatkan masternya (M.Sc) dalam metalurgi pada tahun 1965.
Sejak
didirikan pada tahun 1971 PT.
Geoservices terus dikembangkan dalam memberikan pelayanan di bidang
pertambangan ini mempekerjakan 400 karyawan yang diantaranya ialah ahli dari
luar negeri. Laboratorium batubara didirikan pada tahun 1982 dengan
laboratorium pusatnya di Bandung. Saat ini PT. Geoservices telah memiliki 7 laboratorium batubara dan
mempekerjakan sedikitnya 600 orang karyawan. Selain laboratorium yang ada di
Bandung, laboratorium lainnya terdapat di Balikpapan, Banjarbaru, Dumai,
Jakarta, Makassar, Surabaya, Samarinda, Tg. Redep, Medan dan Singapore.
Laboratorium
kimia ini termasuk salah satu unit kerja yang didirikan pertama kali disamping
unit kerja lainnya, seperti pemetaan dan eksplorasi, pelayanan yang dapat
diberikan pada waktu itu ialah pemeriksaan kualitas mineral dan air, sekarang
laboratorium PT. Geoservices selain
dapat melayani pemeriksaan mineral dan air juga dapat melayani pemeriksaan
kualitas batubara, minyak dan gas.
PT. Geoservices bekerja sama dengan perusahaan asing yaitu ACIRL (Australia Coal Industri Resources
Laboratories) dan untuk menjaga kualitas hasil pekerjaan di PT. Geoservices
maka dilakukan secara rutin setiap bulan Round Robin Check yang di ikuti oleh
58 laboratorium yang ada di Indonesia maupun Australia. Sedangkan Daily Check
adalah pemeriksaan suatu mutu analisa yang dilakukan sendiri dengan menggunakan
sampel standar yang telah diketahui mutunya.
B. Fungsi dan Tugas
PT.
Geoservices mempunyai fungsi dan tugas dalam pengujian dan menganalisa
mineral-mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Untuk menjalankan pengujian
itu, PT. Geoservices bekerjasama dengan analis dari Australia pada tahun
1986-1989 dan Australia laboratories pada tahun 1991, tujuannya adalah untuk
mendapatkan kesempatan yang luas untuk pelatihan para staf laboratorium
baik yang berada di Indonesia maupun yang ada di luar Indonesia.
PT.
Geoservices adalah lisensi untuk perlakuan pengawasan muatan batubara di
Indonesia dan memiliki staf pengawas yang terlatih dengan pengawas yang luas
tentang kontrol dengan berat badan dagang atau komoditi. PT. Geoservices telah
mengerjakan berbagai pengujian dan pelayanan terhadap industri batubara
Indonesia. Layanan ini tentang loging test batuan secara cepat yang
telah ditawarkan sejak tahun 1982.
Pada
tahun 1989 pelayanan loging test semakin ditingkatkan
dengan menambahkan yang baru dan modern sehingga loging test dilakukan dengan sistem
komputerisasi digital menawarkan pula pembukaan dan hal mengenai pelayanan
loging test untuk penyelidikan dan produksi minyak di bawah 2000 meter. Sebelum
tahun 1991, PT. Geoservices mengembangkan sistem loging testnya, selain itu,
PT. Geoservices menawarkan pelatihan bagi para pekerja dari instruktur yang
berpengalaman selama lebih dari 10 tahun yang telah mendapat izin dari Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk menggunakan sumber radio
aktif.
PT. GEOSERVICES memberikan
pelayanan-pelayanan
yang secara garis besarnya sebagai berikut:
1.
Export
superintending
Sebagai independen arbitor untuk
pemasok batubara dengan pembeli untuk tujuan penentuan dan kualitas batubara
yang akan pengapalan.
2.
Pengujian
Contoh Eksplorasi Tambang dan Preparation plant
Laboratorium pengujian yang terdapat
di Bandung, Samarinda dan Balikpapan, disamping mengerjakan pengujian superintending, dilengkapi pula dengan
peralatan dan personal untuk menangani pengujian batubara yang lebih rumit dan
bervariasi serta di perlukan dalam program eksplorasi, tambang dan coal preparation plant.
3.
Sampling
Mengerjakan sampling untuk
pembuatan sertifikat sampling dan pengujian PT. GEOSERVICES
memiliki pegawai yang ahli dalam penentuan presisi sampling dan
bias.
4.
Pengujian
Kimia
PT. GEOSERVICES melakukuan
pengujian kimia suatu batubara berdasarkan permintaan client.
C. Struktur Kerja Divisi Laboratorium
PT. Geoservices
Tugas
divisi laboratorium di PT. Geoservices dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Komersial (Superintending
Work)
a.
Jumlah (Quantity)
Dilakukan dengan cara draf survey,
yaitu penetapan jumlah berat batubara yang masuk dalam kapal pengangkut.
b.
Kualitas (Quality)
Dilakukan dengan cara draf
survey, yaitu penetapan kualitas batubara yang masuk dalam kapal
pengangkut.
c.
Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara sedikit demi sedikit dari semua sampel yang ada sehingga sampel tersebut
mampu mewakili seluruh jumlah sampel yang ada.
d.
Preparasi
Sampel dipersiapkan secara
sistematis untuk keperluan analisa dengan tahap kerja sebagai berikut :
1)
Air
drying (pengeringan
pada udara terbuka)
2)
Crushing (proses pengecilan ukuran)
3)
Dividing (pembagian sampel)
4)
Milling (pengecilan ukuran menjadi
halus sehingga siap untuk dianalisa)
Selain proses di atas ada juga tes
yang dilakukan pada bagian lain yaitu :
1)
Size analysis (analisa ukuran
batubara)
2)
Hardgrove
Grindability Indeks / HGI (mengetahui
kemudahan batubara untuk digerus)
3)
Free
Moisture (kadar
air bebas)
e.
Analisa (Analysis)
Untuk mengetahui persentase
kandungan zat-zat atau mineral tertentu serta nilai total moisture yang
terkandung dalam batubara tersebut agar dapat diketahui kualitasnya, analisa
yang biasa dilakukan pada bagian ini adalah :
1)
Proximate
: Moisture, Ash, Volatile Matter, dan Fixed Carbon.
2)
Total
Moisture
3)
Total
Sulfur
4)
Calori
Value
2. Kualitas
Kontrol (Quality control)
Ruang
lingkup pada bagian ini adalah :
a.
Product
Control
Suatu kegiatan untuk mengontrol
hasil produksi yang bertujuan untuk spesifikasi dari kualitas yang kita punya
atau produksi.
b.
Washability
Test
Kegiatan untuk mempelajari
karakteristik batubara apabila dilakukan pencucian berdasarkan density-nya.
c.
Preparation
Kegiatan ini meliputi Air
drying lost, crushing, dividing, dan milling.
d.
Testing
Kegiatan
ini meliputi free moisture.
e.
Analysis
Kegiatan
ini meliputi :
1)
Analisis-analisis
dasar, yaitu analisis proximat (Moisture, Ash, Volatile Matter dan
Fixed Carbon)
2)
Analisi ultimate (karbon,
hydrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen) dan penentuan unsur-unsur tertentu
dalam batubara.
3)
Penentuan-penentuan
khusus (calorific value, hardgrove grindability index, abrasion index, ash
fushion temperature, ash analysis, klor,dsb).
D. Manajemen
1. Kerjasama PT. Geoservices dengan perusahaan
Asing
Untuk
membangun perusahaan, memberikan pelayanan klien-klien di Indonesia dan agar
mampu bersaing dengan laboratorium Asing yang beroprasi di Indonesia saat itu
dan untuk memberikan jaminan kepuasan bagi pelanggan dalam hal kualitas dan
kepercayaan yang dihasilkan dari perusahaan itu, maka PT. Geoservices
memutuskan untuk masuk ke dalam suatu perjanjian kerjasama teknik (technical
services) dengan perusahaan- perusahaan yang di segani dan orang-orang yang
memiliki reputasi baik yang berasal dari luar negri.
Kerjasama
PT. Geoservices dengan perusahaan tidak hanya di lakukan dengan satu dengan perusahaan
asing saja, tetapi dengan perusahaan asing yaitu;
a. Perjanjian kerjasama teknik dengan ACIRL
(Australia coal industry research laboratory).
Perjanjian
pertama dengan ACIRL (Australia coal industry research laboratory) pada tahun
1982, dimana perjanjian produksi untuk perkembangan batubara ditandatangani
antara pemerintah Indonesia dengan pendiri asing dan pada saat itu perusahaan
mulai melakukan kontrak kerja.
Dalam
pengawasan perjanjian kerjasama teknik, penasihat teknik asing berasal dari
ACIRL berdasarkan persetujuan PT.Geoservices divisi batubara.Tugas dari seorang
penasihat teknik diantaranya mempertahankan standar mutu internasional untuk
semua pengetesan dan analisa, termasuk di dalamnya seleksi peralatan dan
kalibrasi.ACIRL melayani standarisasi NATA dan AS-NZS ISO 19002 dengan
fasilitas yang berbeda di Australia.
b. Perjanjian
asintensi teknik dengan CCI (Carbon
Consulting Internasional).
Pada tahun 1989 PT. Geoservices telah memasuki sebuah persetujuan
asintensi teknik dengan CCI.Dengan persetujuan ini PT. Geoservices dapat
mengadakan sampling dan analisa mandiri dari kandungan batubara.
c. Kerjasama
dengan MPL group
MPL group
merupakan sebuah perusahaan sukses yang besar dan berkantor pusat di Australia
barat dan beroprasi di negara lain bagian lain. MPL menyediakan spesialis
pengujian konsultasi lingkungan dan resiko bahaya kerja dan memberikan jasa
untuk standarisasi NATA dan AS-NZS ISO 19002 untuk industri energi.
E.
Lingkungan-Lingkungan
dan Keselamatan Kerja
PT. Geoservices
dalam menjalankan aktifitasnya sangat memperhatikan pengelolaan lingkungan
hidup untuk menghindari terjadinya pencemaran yang dapat mengurangi orang
banyak. Hal ini dapat dilihat dari cara penanggulangannya, yaitu di ruang preparasi
disediakanalat penyedot (blower) sehingga
abu-abu beterbangan pada saat dilakukan preparasi sampel tidak akan beterbangan
mengotori lingkungan sekitarnya karena akan langsung tersedot, begitu juga
untuk setiap Hg laboratoriumnya disediakan blower untuk menghisap batubara.
Khusus untuk dari hasil kolerasi Cl pada penetapan total sulfur tidak langsung
di buang ke saluran air, tapi ditampung dulu di tempat khusus lalu kemudian
dikubur agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Selain
memperhatikan lingkungannya PT. Geoservices juga memperhatikan keselamatan
kerja bagi para karyawannya terutama bagi para karyawan yang bekerja di
lapangan (seperti di kalimantan) misalnya di belikan sepatu dan jas khusus atau
pakaian lapangan dan bila terjadi kecelakaan di lapangan maka biaya pengobatan
di tanggung perusahaan.
F.
Sistem
Perburuhan
Karyawan
merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan PT. Geoservices perekrutan
karyawan di utamakan berasal dari orang daerah setempat, penerimaan karyawan
melalui personalia yang disesuaikan dengan pendidikan, umumnya para analis yang
memiliki sedikitnya kualifikasi sertifikat analis, yang membutuhkan waktu,
belajar empat tahun untuk STM analis kimia dan tiga tahun untuk program SMK
analis kimia. Staf supervisor sebaiknya memiliki pengalaman sebelumnya dalam
divisi batubara Geoservices. Tenaga kerja PT. Geoservices terdiri dari tiga
golongan;
1. Tenaga kerja
tetap
Dikategorikan sebagi tenaga kerja tetap bila
masa kerjanya sudah 20 tahun lebih.
2. Tenaga kerja
kontrak
Yaitu tenaga kerja baru yang berdasarkan
sistem kontrak dengan masa kontrak minimal satu tahun dan bisa di perpanjang
sesuai dengan kebutuhan dan sebelumnya ada pelatihan kerja {training) selama
kurang lebih tiga bulan.
3. Tenaga
kerja part-timer
Yaitu
tenaga kerja dengan waktu kerjanya dalam satu tidak harus tepat dari jam 08.00
- 17.00 WIB seperti tenaga kerja tetap dan kontrak sehingga perhitungan
gajihnya pun disesuaikan dengan jumlah jam dia bekerja selama satu bulan.
Jumlah
keseluruhan karyawan yang bekerja di PT. Geoservices pusat yaitu di Bandung
adalah 60 orang dengan waktu kerja untuk waktu istirahat dari pukul 12.00 -
13.00 WIB, sedangkan dari hari iumat pada pukul 08.00 - 16.30 WIB dengan waktu
istirahat pada pukul11.30 - 13.00 WIB, sedangkan hari sabtu Minggu hari libur
kerja kecuali lembur.
Pembayaran gaji
dilakukan setiap sebulan sekali pada akhir bulan yang disesuaikan dengan
jabatan atau pendidikannya.Kenaikan gaji disesuaikan menurut kebijakan
pemerintah. Sistem penggajian karyawan atau tenaga kerja terdiri dari;
a. Gaji pokok
b. Tunjangan
proyek
c. Uang makan
d. Uang transportasi
e. Premi
kehadiran
f. Uang lembur
Di hitung
per-jam berdasarkan gaji pokok (1%)
g. Potongan
pajak penghasilan
h. Jamsostek
Perusahaan juga
memberikan berbagai fasilitas atau kesejahteraan bagi karyawannya, diantaranya;
a. Tiap akhir tahun diberikan uang kesehatan sebesar satu
kali gaji
b. Adanya tunjangan hari raya pada hari idul fitri
c. Diberikan tunjangan pada karyawan dengan batas
pinjaman sebesar gaji pokok (maksimal lima kali gaji pokok) dengan bunga 2% dan
pinjaman bisa kembali di lakukan dengan jangka waktu tiga bulan setelah
pelunasan pinjaman sebelumnya.
d. Lima tahun sekali diadakan ulang tahun perusahaan
(pesta atau rekreasi)
e. Diberikan cuti pada karyawan dengan ketentuan;
1) Setiap satu
tahun diberikan cuti sebanyak 12 hari dan apabila tidak di ambil maka di anggap
hangus.
2) Karyawan
yang baru selesai tugas diberikan cuti lapangan, dengan ketentuan setiap dua
minggi di lapangan mendapatkan cuti satu hari.
3) Untuk
karyawan wanita yang sedang mengandung diberikan cuti selama tiga bulan
lamanya.
G.
Tempat dan waktu
pelaksanaan Prakerin
- Tempat
pelaksanaan
Tempat kerja praktek di laksanakan di laboratorium Divisi batubara PT.
Geoservices, Ltd. Jl. Setiabudhi No. 79-81 Bandung 40153 Telp (+6222) 203 1316,
432 306, 203 8309 Fax (+6222) 203 1198.
- Waktu
pelaksanaan
Pelaksanaan Prakerin di laksanakan selama tiga bulan mulai dari tanggal
1 Juli 2013 sampai 31
Agustus
2013.
- Jadwal
Praktik Kerja Industri
Jadwal untuk siswa prakerin :
Hari
|
Masuk
|
Istirahat
|
Pulang
|
Senin
|
08.00
|
12.00-13.00
|
17.00
|
Selasa
|
08.00
|
12.00-13.00
|
17.00
|
Rabu
|
08.00
|
12.00-13.00
|
17.00
|
Kamis
|
08.00
|
12.00-13.00
|
17.00
|
Jum’at
|
08.00
|
12.00-13.00
|
16.30
|
Pada hari sabtu dan minggu siswa prakerin diliburkan.
H.
STRUKTUR
ORGANISASI
Struktur organisai
di PT. Geosservices, Ltd di pimpin oleh seorang manager yang terdiri dari 3
manager, yaitu :
1. Manger Tingkat Atas
Disebut pengendali strategis yaitu untuk perencanaan
jangka panjang (Direktur).
2.Manager Tingkat Menengah
Disebut pengendali taktis yaitu untuk perencanaan jangka pendek (Kepala
Divisi).
3.Manager Tingkat Bawah
Yaitu pengendali
opersional (Supervisor)
Manager
dibantu oleh seketaris dan bagian pemantauan (Internal Audit) dan strukturnya dibagi ke
dalam lima departemen.
1) Departemen I:
Bagian administrasi
(Merupakan PT. Geosservices cabang Jakarta)
Terdiri dari lima divisi:
a. Divisi 1 : Bagian Logistik
b. Divisi 2 : Bagian
Inventarisai
c. Divisi 3 : Bagian Personalia
d. Divisi 4 : Bagian Akutansi
e. Divisi 5 : Bagian Keuangan
2) Departememn II:
Laboratorium batubara Terdiri dari empat divisi:
a. Divisi 1 : Bagian
Laboratorium Batubara
b. Divisi 2 : Bagian
Laboratorium Lingkungan
c. Divisi 3 : Bagian
Laboratorium Minyak dan Gas
d. Divisi 4 : Bagian
Laboratorium Mineral
3) Departemen III:
Bagian eksplorasi Terdiri dari empat divisi
a. Divisi 1 :
Geologi
b. Divisi 2 : Geofisika
c. Divisi 3 : Logika dan Digitasi
d. Divisi 4 : Indusri Mineral
4) Departemen IV :
Bagian teknik Terdiri dari empat divisi:
a. Divisi 1 : Geoternal
b. Divisi 2 : Pengeboran Mineral
c. Divisi 3 : Pengeboran air dan
teknik Geologi
d. Divisi 4 : Teknik
5) Deparemen V :
Bagian Pengembangan Terdiri dari dua divisi :
a. Divisi 1 : Menengani
proyek-proyek khusus
b. Divisi 2 : Sistem pengawasan
perusahaan
BAB III
URAIAN TEORI
A. Tinjauan Umum
1.
Definisi
Batubara
Batubara
adalah batubara hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam
lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta tekanan yang
berlangsung lebih lama. Sifat kimia batubara ditentukan oleh jenis dan jumlah
unsur kimia yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Proses perubahan
tumbuh-tumbuhan menjadi batubara sangat di pengaruhi oleh : waktu, tekanan, dan
bakteri pembusuk.
Batubara
(coal) adalah sumber energi fosil yang paling banyak kita miliki di
dunia ini. Batubara sendiri merupakan campuran yang sangat kompleks dari zat
kimia organik yang mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah rantai
karbon serta sedikit nitrogen dan sulfur. Pada campuran ini juga terdapat kandungan
air dan mineral (Anonim1, 2010).
Batubara
merupakan sisa tumbuhan dari zaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya
berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya,
bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik)
mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam.
Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan
yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut
mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut
menjadi gambut dan kemudian batu bara (Anonim2, 2009).
Kondisi
yang baik pada proses pembentukan batubara adalah lingkungan yang berawa
dangkal. Kondisi tersebut terdapat pada cekungan sedimen yang terbentuk
sepanjang pantai, daerah delta dan danau. Batubara terbentuk oleh adanya
perubahan secara fisik dan kimia yang dipengaruhi oleh bakteri pengurai,
tekanan, temperatur, serta waktu (Anonim2, 2009).
Pembentukan
batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang
lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir
seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi
bagian utara terbentuk. Pada zaman Permian, kira-kira 270 juta tahun lalu, juga
terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian
selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke zaman tersier (70 -
13 juta tahun lalu) di berbagai belahan bumi lain (Anonim2, 2009).
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Periode (Periode
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung
antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu
bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang
disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignit
(batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat). Ini
adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi
dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan
yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batu bara sub-bituminus. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
bituminus atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit (Anonim2,
2009).
Tingkat
perubahan yang dialami batubara dalam proses pembentukannya, dari gambut sampai
menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan
hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batu bara. Batu bara dengan mutu
yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-bituminus biasanya lebih lembut
dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda
memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan
dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih
tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang
seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon
yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi
yang lebih banyak (Anonim3, 2010).
Sumber
daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang
diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dibagi dalam
kelas-kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan
secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara
kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumber daya ini dapat meningkat menjadi
cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak. Cadangan
batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang
telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat
pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang (Puterago, 2009).
Beberapa
teori tentang definisi batubara yaitu :
a.
Thiese (1974)
Batubara adalah suatu benda padat
yang kompleks, terdiri dari bermacam-macam unsur yang mewakili beberapa
komponen kimia. Batubara ini terbentuk dari sisa-sisa tanaman.
b.
Spaceman (1958)
Batubara adalah suatu benda karbon
berkomposisi maceral.
Proses pembentukan batubara ini
diawali dari :
Peat → lignite → subbitumine → bitumine → antrasit
c.
The
Internasional Hand Book Of Coal Petrography
Batubara adalah batuan sediment yang
mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat
pengawetan diikuti oleh proses kompaksi.
2.
Pembentukan
Batubara
Batubara
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, proses
perubahan sebagai akibat dari bermacam-macam pengaruh kimia dan fisika.
Pembentukan
batubara dari sisa-sisa tumbuhan menjadi gambut kemudian batubara mudah sampai
batubara tua terjadi dalam dua tahap yaitu tahap biokimia dan tahap kimia
fisika.
a.
Proses
Biokimia
Proses degradasi biokimia banyak
berperan, bila tanaman terakumulasi dalam lingkungan rawa atau payau tanaman
tersebut akan menjadi jenuh air. Proses pembusukan akan terjadi oleh kerja
mikroba anaerobic. Mikroba ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan
mempunyai kemampuan yang sama terhadap mikroba aerobic.
Aktifitas mikroba yang berupa bakteri
dan fungi tersebut pertama-tama menghancurkan bagian yang lunak seperti
selulosa, protoplasma dan pati, sedangkan bagian yang lebih keras seperti
lilin, damar dan kulit kayu akan tertinggal.
Aktifitas mikroba pada batubara
tergantung pada jumlah dan sirkulasi air, temperature, suplay oksigen dan
perkembangan racun. Apabila factor tersebut tidak berimbang, maka aktifitas
mikroba akan terganggu,keaktifan mikroba berkurang bila air semakin dalam. Bila
tanaman tertutupi air dengan cepat maka tanaman akan terhindar dari proses
pembusukan, maka disinilah akan terjadi proses desintegrasi atau penguraian
oleh mikroba.
b.
Proses
Kimia Fisika
Batubara terbentuk dengan cara
kompleks dan memerlukan waktu yang sangat lama, di bawah pengaruh fisika, kimia
ataupun keadaan geologi.
Tingkat kedua dalam pembentukan
batubara adalah tingkat penimbunan atau penguburan, dalam tingkat ini proses
degradasi biokimia tidak berperan tetapi didominasi oleh proses dynamo kimia
atau kimia fisika. Proses inilah yang menyebabkan perubahan gambut menjadi
batubara dalam berbagai tingkatan. Selama proses ini, terjadi penguraian air
lembab. Oksigen dan Zat Terbang dan bertambahnya persentase karbon padat,
belerang dan kandungan abunya.
Pembentukan batubara merupakan
proses yang sangat kompleks, terdapat serangkaian faktor yang diperlukan
batubara yaitu:
1)
Posisi
Geotektonik
Posisi geotektonik adalah suatu
tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya tektonik lempeng dalam
pembetukan cekungan batubara, posisi geotektonik merupakan factor yang dominan.
2)
Potofografi
(morfologi)
Morfologi dari cekungan tercelup
pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran
rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.Tofografi mempunyai efek yang
terbatas terhadap iklim dan keadaannya tergantung pada posisi geotektonik.
a)
Iklim
Kelembaban memegang peranan penting
dalam pembentukan batubara dan merupakan factor pengontrol pertumbuhan flora
dan kondisi yang sesuai. Iklim bergantung pada posisi geografis dan lebih luas
lagi di pengaruhi oleh posisi geotektonik.
b)
Penurunan
Penurunan cekungan batubara
dipengaruhi oleh gaya tektonik, jika penurunan dan pengendapan gambut yang
seimbang akan menghasilkan batubara yang tebal.
c)
Unsur
geologi
Proses geologi menentukan
berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa
perkembangan geologi membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa
organic. Makin tua umur batuan makin dalam pula penimbunan yang terjadi
sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi.
d)
Tumbuhan
Flora merupakan unsur yang utama
pembentukan batubara. Pembentukan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan
dan zona fisiografi dengan iklim dan tofografi tertentu. Flora merupakan factor
penentu terbentuknya berbagai tipe batubara.
e)
Dekomposisi
Dekomposisi flora yang merupakan
bagian dari transformasi biokimia dari organic merupakan titik awal untuk
seluruh alterasi.
f)
Sejarah
sesudah pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas
tergantung pada posisi geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan
cekungan batubara.
g)
Struktur
cekungan batubara
Terbentuknya cekungan pada batubara
umumnya mengalami deformasi oleh gaya tektonik yang akan menghasilkan lapisan
batubara dalam bentuk-bentuk tertentu.
h)
Metamorfosa
organic
Perubahan mutu batubara diakibatkan
oleh factor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sediment
penutup yang sangat tebal. Hal ini menyebabkan bertambahnya percepatan proses
metamorfosa organic akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan
perubahan sifat kimia, fisika dan optiknya.
i)
Proses
pembentukan batubara yang dibantu oleh factor fisika dan kimia akan mengubah
selulosa menjadi lignite, subbitumine, butimine, dan antrasit.
Reaksi
pembentukan batubara
Ø 5C6H10O5 →
C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O
+ 6CO2 + CO
sellulosa
lignit gas metan
Ø 5C6H10O → C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O
+ 6CO2 + CO
sellulosa
butumine gas metan
Ø C137H97O9NS
bitumenous
Ø C240H90O4NS
antrasit
3.
Komponen-Komponen dalam Batubara
Didalam
analisa batubara terdapat beberapa komponen yaitu :
a.
Air
Air didalam batubara dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu air bebas dan air lembab. Air lembab dalam batubara
sangat dipengaruhi oleh keadaan linkungan dimana batubara itu berada demikian
juga air lembab sangat bervariasi yang merupakan karakteristik dari batubara
tersebut.
b.
Karbon,
Hydrogen, dan Oksigen.
Ketiga unsur ini merupakan unsur
pokok pembentuk batubara dan merupakan komponen paling dominan.
c.
Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam batubara
umumnya tidak lebih dari 2%. Nitrogen dalam batubara terdapat sebagai senyawa
organic yang terikat pada ikatan karbon dalam batubara, oleh karena itu dalam
penentuan kadar nitrogen ini harus dilakukan destruksi sample batubara.
d.
Sulfur
Bentuk sulfur dalam batubara umumnya
terdapat dalam tiga bentuk yaitu sulphur organic, sulphate sulphur, pyritik
sulphur.
e.
Abu
(Mineral)
Abu dalam batubara merupakan
senyawa-senyawa oksida dari Ca, Al, Fe dan Ti, Mn, Mg, Na, K dalam bentuk
silikat, oksida sulfat, sulfide dan phosphate, sedangkan unsur-unsur As, Ni,
Cu, Pb, dan Zn terdapat dalam jumlah yang sangat penting dalam analisis
terhadap batubara dengan tujuan untuk mengetahui jenis serta kualitas batubara
tersebut.
4.
Jenis-Jenis Batubara
a.
Gambut
(peat)
Golongan ini sebenarnya belum
termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena
masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. Endapan ini masih
memperlihatkan sifat asal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
b.
Lignit
(Batubara Coklat, “Brown Coal”)
Golongan ini sudah memperlihatkan
proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Apabila
dikeringkan maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan
secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang
dikeluarkan sangat rendah.
c.
Sub-Bituminous
(Bitumen Menengah)
Golongan ini memperlihatkan
ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin.
Ciri lain adalah sisa bagian tumbuh-tumbuhan tinggal sedikit dan berlapis.
Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan
temperatur rendah. Nilai kalori 3000- 6300 kal/gram.
d.
Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan
sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk
bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan
air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan
transportasi dan jenis industri kecil. Nilai kalori antara 6300 – 7300
kal/gram.
Batubara
sediment adalah batubara yang terdiri dari maceral-maceral, mineral, dan
zat-zat organic. Mineral dalam batuan sediment anorganik dapat dipandang serta
dengan maceral, tetapi bedanya adalah maceral menunjukkan modifikasi struktur
dan susunan kimia yang bertahap selama proses pembentukan batubara.
Maceral di bagi menjadi tiga
golongan utama yaitu :
a.
Vitrinit
Vitrinit merupakan maceral terbanyak
merupakan maceral yang reaktif. Umumnya berasal dari kayu dan merupakan
konstituen utama dari batubara yang keras, tenang dan lebih berkilau. Vitrinit
menjadi lunak dan elastic, membentuk suatu kokas meleleh karena itulah vitrinit
merupakan komponen yang sangat penting bagi batubara kokas.
b.
Inertinit
Berasal dari jaringan kayu dan
tanaman yang lunak merupakan maceral yang tidak reaktif, walaupun ada sebagian
yang reaktif. Intertinit telah banyak berubah dari bahan asalnya, ini
disebabkan karena adanya oksigen yang banyak selama berlangsungnya proses
pembentukan batubara.
c.
Exinit
Exinit merupakan golongan maceral
yang sedikit jumlahnya. Exinit berasal dari spora tanaman, biji tepung sari,
perekat berlemak dari daun dan resin. Exinit relative banyak mengandung
hydrogen dan pada pemanasan akan menghasilkan gas.
5.
Sifat-Sifat
Batubara
Sifat-sifat
batubara digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu sifat fisika dan sifat kimia
:
a.
Sifat
Fisika
Sifat fisika dari batubara
tergantung pada susunan kimia yang membentuknya. Sifat-sifat dari batubara
saling berkaitan.
Sifat-sifat fisika tersebut meliputi
:
1.
Berat
jenis
Berat jenis batubara berkisar 1,25
g/cm3, pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubara.
Tetapi berat jenis batubara dari batubara jenis lignite (1,5 g/cm3) sampai
batubara jenis bitumine (1,25 g/cm3) kemudian naik pada batubara
jenis antrasit (1,5 g/cm3).
2.
Kekerasan
Kekerasan batubara tergantung pada
struktur batubara yang ada. Keras atau lemahnya batubara juga tergantung pada
komposisi dan jenis dari batubara tersebut.
3.
Warna
Warna batubara bervariasi dari
coklat dari pada lignite menjadi hitam sampai hitam logam pada antrasit. Hampir
seluruh batubara jenis bitumine merupakan perselingan antara batubara berwarna
terang dan kusam.
4.
Goresan
Goresan batubara berkisar antara
terang sampai coklat tua. Lignite mempunyai goresan hitam keabu-abuan dan
batubara jenis bitumine mempunyai warna goresan hitam.
5.
Serpihan
Serpihan batubara memperlihatkan
bentuk dari potongan batubara dari sifat memecahkan. Hal ini memperlihatkan
sifat dan mutu dari suatu batubara. Batubara dengan Zat Terbang tinggi
cenderung membentuk serpihan dalam bentuk persegi, balok atau kubus.
b.
Sifat
kimia
Sifat kimia dari batubara sangat
berhubungan langsung dengan peningkatan derajat batubara tersebut baik senyawa
organic maupun senyawa anorganik. Sifat kimia dari batubara meliputi :
1)
Karbon
Bentuk atom karbon murni dalam alam
dapat berupa intan, grafit, dan amorf. Bentuk karbon amorf diperoleh dari
minyak gas alam atau bahan bakar minyak bumi lain yang terbakar dalam udara
terbatas. Karbon yang terdapat dalam suatu batubara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Karbon bertambah sesuai dengan naiknya derajat
batubara dan kira-kira 60% sampai 100%.Persentasinya akan lebih kecil pada
lignite dan akan menjadi besar pada antrasit dan hamper 100% dalam grafit.
Karbon yang terkandung dalam setiap batubara sangat penting peranannya sebagai
penyebab energy kalor.
2)
Hydrogen
Hydrogen yang terdapat dalam
batubara berupa kombinasi alifatik dan aromatic dan berangsur habis akibat
evolusi tanaman. Kandungan hydrogen dalam batubara jenis lignite berkisar
antara 5% sampai 6% sekitar 4,5% sampai 5,5 % dalam batubara jenis bitumine dan
sekitar 3% sampai 3,5% dalam batubara jenis antrasit.
3)
Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara
berupa ikatan atau kelompok hidroksil, karboksil, metoksil dan karbonil yang
tidak reaktif. Kandungan oksigen dalam batubara jenis lignite berkisar 20% atau
lebih, dalam batubara bitumine berkisar antara 4% sampai 10% dan 1,5% sampai 2%
dalam batubara jenis antrasit.
4)
Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam
batubara berupa senyawa organic. Nitrogen terbentuk hampir seluruhnya dari
protein tanaman asalnya, jumlahnya sekitar 0,5 % sampai 3%. Batubara bitumine
biasanya mengandung Nitrogen lebih banyak dari pada batubara jenis lignite dan
antrasit.
5)
Sulfur
Sulfur dalam batubara terdapat
sebagian sulfit besi yang sering disebut sebagai senyawa pyritic sulphur.
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah kecil dan kemungkinan berasal dari
protein tanaman pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Kemudian sulfur
dalam batubara biasanya lebih kecil 4% tetapi dalam beberapa hal mempunyai
konsentrasi yang lebih tinggi. Kehadiran sulfur dapat membahayakan dalam proses
pembakaran karena dapat mengakibatkan polusi.
6.
Kegunaan
Batubara
Kegunaan
batu bara dapat di kelompokan dalam tiga kelompok yaitu:
a.
Sebagai
bahan bakar langsung
Batubara dapat digunakan secara
langsung dalam bentuk padatan tanpa melalui pengolahan, misalnya digunakan
sebagai bahan bakar pada ketel uap, pabrik semen dan pada industry-industri
kecil.
b.
Sebagai bahan bakar tak langsung
sebelum digunakan sebagai sumber
energy, batubara terlebih dahulu diproses menjadi bentuk lain.
Proses tersebut antara lain :
1)
Pencairan
: proses ini menghasilkan bahan bakar minyak
2)
Gasifikasi
: proses ini menghasilkan bahan bakar gas
3)
Karbonisasi
: hasil utama dari proses ini berupa
kokas atau semi kokas yang digunakan dalam bentuk bongkahan/briket yang
digunakan sebagai bahan bakar industry dan rumah tangga
4)
Suspensi
: proses ini diperoleh coal water fuel yang mempunyai sifat
mirip dengan bahan bakar minyak.
c.
Bukan sebagai bahan bakar
Pemanfaatan batubara pada berbagai
jenis industry yang penggunaanya bukan sebagai bahan bakar misalnya ; bahan
bakar industry petrokimia, reduktor, karbon aktif, elektroda dan lain-lain.
7.
Kelas
Sumber Daya
a.
Sumber
Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Sumber daya batu bara hipotetik
adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan,
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap penyelidikan survei tinjau.Sejumlah kelas sumber daya yang belum
ditemukan yang sama dengan cadangan batubara yang diharapkan mungkin ada di
daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan
dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada daerah
dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan
keberadaan batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan,
lubang-lubang galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi menyatakan bahwa
kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan informasi yang cukup
tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan diklasifikasikan
kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources)
(Sukandarrumidi, 2006).
b.
Sumber
Daya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource)
Sumber daya batu bara tereka adalah
jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan,
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap penyelidikan prospeksi. Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup
jauh sehingga penilaian dari sumber daya tidak dapat diandalkan. Daerah sumber
daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan
kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi
dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km. Termasuk antrasit dan bituminus dengan
ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih,
lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih (Sukandarrumidi, 2006).
c.
Sumber
Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Sumber daya batu bara tertunjuk
adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. Densitas dan kualitas titik
pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik dari ketebalan,
kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan sumber daya
yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi
yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi
ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan
sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 0,4 km – 1,2 km.
termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih,
sub-bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan
150 cm (Sukandarrumidi, 2006).
d.
Sumber
Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)
Sumber daya batu bara terukur adalah
jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan,
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan
untuk tahap eksplorasi rinci. Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup
untuk diandalkan untuk melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas,
kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan dari
proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik
pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk
antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan
ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm (Sukandarrumidi,
2006).
8.
Proses
Pembentukan Batubara
a.
Prinsip
Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk ke
dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari material atau
partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan
mengalami kompaksi serta transformasi balik secara fisik, kimia maupun
biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu membentuk lapisan yang
horisontal.
b.
Skala
Waktu Geologi
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun
transportasi yang dialami oleh material dasar pembentuk sedimen sehingga
menjadi batuan sedimen berjalan selama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan
bagian dari proses pembentukan batubara yang mencakup proses :
1)
Pembusukan,
yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat
adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa
oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa,
protoplasma, dan pati.
2)
Pengendapan,
yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap
membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair,
misalnya rawa-rawa.
3)
Dekomposisi,
yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan
berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan
sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (CO2),
karbonmonoksida (CO), dan metana (CH4).
4)
Geotektonik,
dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan kemudian
pada fase selanjutnya akan mengalami lipatan dan patahan. Selain itu gaya
tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan
mengubah batubara low grademenjadi high grade. Dengan
adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5)
Erosi,
dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan
kemudian dierosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada
permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini
(Anonim2, 2009).
B.
Tinjauan
Khusus
1.
Sampling
Sampling
adalah proses pengambilan sebagian populasi dari seluruh populasi yang akan
diperiksa kualitasnya. Bagian populasi yang terambil disebut contoh. Tujuan
sampling adalah mendapatkan contoh yang selain kualitasnya bisa mewakili
seluruh populasi, jumlahnya juga masih relatif masih bisa ditangani. Faktor utama
yang menentukan tingkat kualitas suatu sampling adalah variabilitas
komponen-komponen pembentuk populasi.
Metode
sampling yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
a.
International Standard Organization (ISO)
b.
British Standard (BS)
c.
American Society For Testing and
Material (ASTM)
d.
Australian Standard (AS)
Proses
pengambilan contoh dari batubara dapat dilakukan dengan truck, astrockpile,
atau pada waktu pengapalan meliputi pengambilan sejumlah increment yang
merupakan gabungan dari gross sampel. Gross sampel kemudian dicrushing dan
dilakukan preparasi contoh sampai dapat dilakukan analisa.
2.
Preparasi
Preparasi
suatu contoh adalah pengurangan massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di
laboratorium. Preparasi contoh untuk penentuan kadar air dan general analysis.
Biasanya mencakup pembagian dan pengurangan.
a.
Pengeringan
udara
Pengeringan udara dapat dihitung
dari hilang masa setelah pengeringan udara. Pengeringan udara pada gross sampel
dilakukan jika contoh tersebut terlalu basah untuk diproses tanpa menghilangkan
air atau yang menyebabkan timbulnya kerusakan pada crusher atau mill.
b.
Pengecilan
ukuran butir
Pengecilan ukuran butir adalah
proses pengecilan ukuran atas contoh tanpa menyebabkan perubahan apapun
terhadap massa contoh. Contoh alat mekanis yang digunakan untuk pengecilan
ukuran sampel adalah jaw crusher, roll crusher, Raymond mill.
Jawcrusher atau roll crusher
digunakan untuk mengurangi ukuran diatas 5 mm, 11.2 mm, 2.33 mm. Raymond mill
digunakan untuk menghancurkan contoh sampai 0.212 mm yang dilakukan untuk contoh
general analysis.
c.
Pencampuran
dan Pembagian
Pada tiap tahap preparasi contoh
untuk mengetahui homogenitasnya contoh dapat dicampur secara manual dengan
menggunakan reffle atau dengan membentuk timbunan berbentuk kerucut dan dapat
pula dicampur secara mekanis dengan menggunakan rotary sample divider sebanyak
tiga kali. Sedangkan untuk pembagian contoh dapat dilakukan dengan 2/8,4/8 dan
sebagainya.
C.
Parameter
Analisa Batubara
1.
Analisa Proximate
Proximate
adalah rangkaian analisa awal dalam pengujian suatu contoh batubara. Analisa
proximate adalah pengujian batubara yang terdiri dari kandungan air (Moisture
in Analysis), Zat Terbang (Volatile Matter), kandungan mineral (Ash Content)
dan Fixed Carbon.
a.
Kandungan
Air (Moisture in Analysis)
Moisture in Analysis adalah moisture
yang dianggap terdapat dalam rongga- rongga kapiler dan pori-pori batubara yang
relative kecil, yang mana pada kedalaman aslinya secara teori bahwa kondisi
tersebut adalah kondisi yang tingkat kelembaban yang 100% serta pada suhu 30oC,
karena sulitnya mengemulsi kondisi batubara pada kedalaman aslinya, maka badan
standarisasi menetapkan kondisi batubara pada kedalaman aslinya, maka badan
standarisasi menetapkan kondisi pendekatan untuk dipergunakan pada metode
standar pengujian di laboratorium.
Standar internasional (ISO), British
(BS), Australia (AS) dan Amerika (ASTM) menetapkan bahwa kondisi pendekatan
yang dipergunakan tersebut adalah kondisi dengan tingkat kelembaban
antar 96% sampai 97% dengan suhu 300C.
Banyaknya kandungan moisture in
Analysis dikenal pula istilah lain dari moisture in Analysis dalam suatu
batubara dapat dipergunakan sebagai tolak ukur tinggi rendahnya tingkat rank
batubara tersebut.
Selain istilah moisture in Analysis
dikenal pula istilah lain dari moisture in Analysis yaitu Bed Moisture yang
banyak dipakai, sedangkan Moisture Holding Capacity (MHC) adalah istilah yang
digunakan oleh International Standard Organization (ISO), British Standard (BS)
dan sedangkan Amarican Society For Testing and Materials (ASTM) mempergunakan
istilah Equilibrium Moisture.
MHC dan Equilibrium Moisture adalah
istilah yang dipergunakan untuk nama pengujian.
b.
Zat
Terbang (Volatile Matter)
Volatile Matter (VM) adalah banyaknya
zat yang hilang bila sampel batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah
ditentukan (setelah dikoreksi dengan kadar moisture). Suhunya adalah 9000C,
dan waktunya 7 menit tepat. Moisture berpengaruh pada hasil penentuan VM
sehingga sampel yang dikeringkan dengan oven akan memberikan hasil yang
berbeda dengan sampel yang dikeringkan di udara. Factor-faktor yang
mempengaruhi hasil penentuan VM ialah suhu, waktu, kecepatan, pemanasan,
penyebaran butir (size distibition) dan ukuran partikelnya.
c.
Kandungan
Mineralnya (Ash Content)
Kandungan abu akan terbawa bersama
gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang
(fly ash) yang jumlahnya mencapai 80 persen dan abu dasar sebanyak 20
persen. Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat
pengotoran (fouling), keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
Batubara sebenarnya tidak mengandung
abu, tetapi mengandung zat organic yang berupa mineral.
Abu merupakan residu anorganik hasil
pembakaran batubara , terdiri dari oksida-oksida logam seperti Fe2O3,MgO,
Na2O, K2O, dan sebagainya.Dan juga mengandung logam
oksida-oksida non logam seperti SiO2,P2O5, dan
lain-lain.
Pembakaran batubara pada metode
British Standar (BS), dan Australian Standar (AS) dilakukan pada suhu 8150C
dan dilakukan selama tiga jam dan dianggap konstan. Pada metode ISO, pembakaran
batubara dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, pembakaran dilakukan mulai
suhu ruangan sampai pada suhu 5000C selama 1 jam, ditahan selama 30
menit (untuk brown coal dan lignite harus ditahan selama 1 jam) kemudian
dilanjutkan sampai 8150C ± 100C.
Pada metode ASTM, umumnya dilakukan
pada suhu 7500C selama 4 jam, namun pada batubara tertentu lama
pembakaran bias berkurang maupun bertambah tergantung dari jenis batubara yang
dianalisa.
Nilai kandungan abu suatu batubara
selalu lebih kecil dari pada kandungan mineral-mineralnya. Hal ini terjadi
karena selama pembakaran terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut,
seperti menguapnya air Kristal karbon dioksida dan oksida sulfur.
d.
Fixed
Carbon
Fixed carbon tidak dapat dihitung
melalui pengujian secara laboratorium, melainkan hasilnya didapatkan dari hasil
perhitungan jenis analisa proximate lainnya adalah pengurangan dari kadar abu,
kadar air dan kadar Zat Terbang.
2.
Total Sulphur
Dalam
batubara, sulfur terdapat dari mineral carbonaceous atau berupa bagian dari
mineral-mineral seperti sulfat dan sulfide. Gas sulfur dioksida (SO2)
yang terbentuk selama pembakaran merupakan polutan yang dapat mengganggu
ekosistem di bumi. Kandungan sulfur dalam coking coal tidak diinginkan karena
akan berakumulasi di dalam cairan panas sehingga memerlukan proses
desulphurisasi.
Dalam
batubara sulfur terdapat dalam 3 bagian. Bagian-bagian tersebut adalah :
a. Sulphate
sulphur
b. Pyritic
sulphur
c. Organic
sulphur
Sulfur
dalam batubara dapat ditetapkan dengan cara High Temperature Method (HTM) yang
dapat menghitung kandungan sulphur secara keseluruhan sedangkan untuk
bagian-bagian sulphur dapat ditetapkan dengan cara pengujian lanjutan yaitu
dengan metode Forms of Sulphur (FOS). Kandungan sulfur dalam batubara adalah
factor yang sangat penting didalam mengkalkulasi nilai energy kalor bersih dari
energy kalor yang kotor.
BAB IV
KEGIATAN LABOLATURIUM
Dalam pengujian batubara di
PT.GEOSERVICES menggunakan metode yang telah dipatenkan secara
internasional dan digunakan diseluruh dunia. Metode tersebut antara lain
Internasional Standard Organization (ISO),American Society For Testing and
Materials (ASTM),British Standard (BS) dan Australian Standard (AS).
Tetapi pada umumnya pada
pengerjaannya di laboratorium metode yang sering digunakan adalah Internasional
Standard Organization (ISO) dan Amarican Society For Testing and Materials
(ASTM), ini dimungkinkan karena berdasarkan karena permintaan konsumen yang
menggunakan jasa PT.GEOSERVICES .
A. Proximate
1.
Kadar Air (Moisture in Analysis)
a.
Metode : ISO 1172(1999) ; ASTM D3 173 – 2008
b.
Tujuan
: Untuk mengetahui kadar air dalam suatu batubara.
c.
Dasar
prinsip : Sejumlah berat tertentu contoh dipanaskan pada suhu 105 –
1100C sampai didapat berat konstan dalam oven bebas oksigen dengan
pengaliran gas nitrogen. Kadar air dihitung dari berat yang hilang setelah
dipanaskan.
d.
Reaksi : C240H90O4NS.xH2O C240H90O4NS
+ xH2O
e.
Alat
dan Bahan : 1) Aluminium tray
2) Contoh batubara 1 gram
3) Eksikator
4) Gas nitrogen
5) Neraca analytic
6) Oven
7) Petridish
8) Spatula
f.
Cara
kerja : 1) Menaikkan suhu oven 105 – 1100C
2) Mengalirkan gas nitrogen sebanyak 400-500 cc / menit.
3) Mencatat nomor pekerjaan, nomor contoh dan nomor petridish.
4) Menimbang petridish kosong +
tutupnya.
5) Menimbang batubara 1 gram ke dalam petridish lalu diletakkan
pada tray.
6) Memasukkan tray serta petridish yang berisi contoh ke dalam
oven dan letakkan tutup petridish diatas oven sesuai dengan susunan pada tray.
7) Memanaskan selama 3 jam (ISO/BS) dan 1,5 jam (ASTM).
8) Mengeluarkan tray beserta contoh dan tutup kembali dengan
penutup yang sesuai.
9) Tray beserta contoh didinginkan dalam eksikator selama ± 10
menit.
10) Petridish beserta contoh ditimbang
dan di catat hasilnya.
g.
Perhitungan : Kadar Moisture in Analysis : w2 – w3 x
100 %
w2 – w1
Keterangan
;
W1 = Bobot petridish kosong
W2 = Bobot petridish kosong + contoh sebelum pemanasan
W3 = Bobot petridish kosong + contoh
setelah pemanasan
2.
Kadar Abu (Ash Content)
a.
Metode
: ISO 1172 (1997); ASTM D3 174 – 2004
b.
Tujuan
: Untuk mengetahui kadar abu dalam suatu batubara.
c.
Dasar
prinsip : Sejumlah berat tertentu contoh dipanaskan secara bertahap
sampai mencapai temperature 8150C dalam waktu tertentu sampai
didapat berat yang konstan. Kadar abu dapat di hitung dari berat residu setelah
pemanasan
d.
Reaksi : Mineral →H2O + CO2 +SO2 +
NOx
e.
Alat
dan Bahan : 1) Muffle Furnace
2) Dish Ash
3) Aluminium Tray
4) Neraca analitik
5) Contoh batu bara
f.
Cara
Kerja : 1) Mencatat nomor contoh, nomor
pakerjaan dan nomor cawan.
2) Menimbang cawan kosong beserta tutupnya. (m2)
3) Menimbang dan tebarkan secar merata
1 gram contoh batubara kedalam cawan. (m1)
4) Memasukkan cawan yang telah berisi
contoh kedalam Furnace dan tutup dibiarkan diluar.
5) Memijarkan selama 3 jam pada suhu
815°C untuk metode ISO dan 4 jam pada suhu 750°C untuk metode ASTM.
6) Mengeluarkan cawan dan tutup kembali dengan penutup yang
sesuai.
7) Didinginkan diatas tray selama 15
menit.
8) Menimbang cawan yang berisi residu
dan tutupnya. (m3)
9) Membersihkan abunya dari cawan dan
timbang cawan kosong kembali dan tutup yang sesuai. (m4)
g. Perhitungan :
%Ash Content = (m3 - m4) x 100%
(m2 - m1)
Keterangan :
m2
= Bobot cawan kosong + tutup
m1
= Bobot cawan kosong + tutup + contoh
m3
= Bobot cawan + residu
m4
= Bobot cawan + tutup setelah pemijaran
3.
Kadar Zat Terbang (Volatile Metter )
a.
Metode
: ISO 562 (1998) ; ASTM D3 175-2007
b.
Tujuan
: Untuk mengetahui kadar Zat Terbang dalam suatu batubara
c.
Dasar
prinsip : Sejumlah berat tertentu sampel dipijarkan pada suhu
900-950°C tanpa kontak dengan udara dalam waktu tertentu. Zat Terbang dihitung
dari komponen yang hilang dikurangi kadar airnya.
d.
Reaksi : Mineral +H2O + CO2 +
SO2+NOx
e.
Alat
dan Bahan : 1) Neraca analitik
2) Cawan silica + tutup
3) Furnace
4) Desikator
5) Stopwatch
f.
Cara
kerja : 1. Mencatat nomor contoh,nomor
pekerjaan dan nomor cawan
2. Menimbang cawan kosong beserta
tutupnya
3. Menimbang dan tebarkan secara
merata 1 gram contoh batubara
kedalam cawan Silika
beserta tutupnya
4. Memasukkan kedalam furnace selama
7 menit
5. Mengeluarkan cawan dan didinginkan
diatas Tray selama 7 menit
6. Menimbang cawan yang berisi residu
dan tutupnya
g.
Perhitungan :
% Volatile matter = % bobot yang hilang - % Inherent
Moisture
B.
Kadar
Total Sulfur
1.
Metode
: ISO 351 (1996) ;ASTM D4239-2008
2.
Tujuan
: Untuk mengetahui kadar sulfur secara total yang terdapat
dalam suatu batubara.
3.
Dasar
Prinsip : Sejumlah contoh batubara dipanaskan diatas tungku pada suhu
1350°C dan dialirkan gas O2 dengan kederasan 1 liter/menit
membentuk gas SO2 yang ditampung pada bejana yang berisikan
hidrogen peroksida membentuk asam sulfat, asam sulfat dititar dengan natrium
tetraborat dengan Double indikator methylene red + methylene blue dari warna
ungu berubah menjadi kehijauan.
4.
Reaksi
:
S(org) + O2
(g) SO2 (g)
SO2 (g) + H2O2 (l) H2SO4 (l)
kehijauan Na2B4O7(l) +H2SO4 +
5H2O
Na2SO4(l) +4H3BO3(l)
5.
Alat
dan bahan : a. Cawan perahu
b.
Tungku
c.
Neraca
d.
Aquadest
e.
Bejana
Penampung
f.
Pipa
pembakar
g.
Erlenmeyer
h.
Buret
asam
i.
Alumunium
oksida
j.
Pompa
vakum
k.
Larutan
H2O2 3%
l.
Encerkan
larutan H2O2 30% sebanyak 30 ml menjadi 1liter
m. Larutan Natrium Boraks
n.
Larutkan
19.0685 gram Na2B4O7.10H2O dalam
labu ukur 2 liter
o.
Larutan
standar asam sulfat 0.025 N
p.
Gunakan
pelarut titrasol satu kapsul larutan dengan konsentrasi 0.10 N asam
sulfat.Encerkan sampai 2 liter dalam labu ukur.
q.
Oksigen
Murni 99.5 %
r.
Contoh
batubara
6.
Cara
Kerja : a. Memanaskan
tungku pada suhu 1350oC,
pompa
vakum dihidupkan dan dijaga tekanannya.
b.
Menimbang
contoh batubara sebanyak 0.5 gram, kedalam cawan perahu yang telah ditaburi
alumunium oksida, dan tutup kembali dengan alumunium oksida.
c.
100
ml larutan hydrogen peroksida yang telah di encerkan (30ml H2O2
ke dalam 1 liter aquadest) diisikan ke dalam tabung penyerap dan dihubungkan
dengan pipa yang ada pada tungku.
d.
Mengalirkan
gas oksigen kedalam tungku dengan kederasan 1 liter/menit.
e.
Memasukkan
cawan yang berisi contoh kedalam pipa pembakar dan tutup kembali dengan
penyumbat.
f.
Mendorong
pipa setiap divisi per menit setelah 2 menit.
g.
Apabila
cawan telah berada di tengah tungku (pada menit kesembilan) biarkan selama 5
menit dan pada menit keempat belas keluarkan cawan dan lepaskan bejana
penampung.
h.
Memindahkan
larutan yang ada di bejana kedalam erlenmeyer dan bilas sebanyak 3 kali.
i.
Menambahkan
double indikator methylene red+ methylene blue dan titar dengan natrium tetra
borat sampai terjadi perubahan warna dari ungu ke hijau.
j.
Melakukan
pengerjaan blanko.
7. Perhitungan :
% Total Sulfur = 0.0802 x ( v – 0.05) x 100
berat sample
C.
Calorific Value
Alat:
> Calorimeter
> Water Handling
> Bomb Calorimeter
> Bejana Calorimeter
> Gelas ukur 5 ml
> Kawat
> Benang
Bahan :
> Sample batubara
> Aquades
Cara
Kerja :
1. Timbang 1
gram contoh kedalam
cawan. (Massa contoh ditetapkan sesuai kebutuhan dan kenaikan suhu akhir harus
dalam rentang 2,5 sampai 3oC. Untuk contoh yang mengandung abu tinggi (abu lebih
besar dari 40%), timbang 0,5 gram batubara ditambah asam benzoat atau parafin
dengan calorific value yang sudah di ketahui. Untuk batubara yang mengandung
volatile matter rendah dengan nilai panas yang tinggi, mungkin terdapat
kesulitan dengan karbon yang tidak terbakar. Timbang 0,5 gram batubara ditambah
0,25 asam benzoat atau paraffin dengan nilai panas yang sudah diketahui).
2. Pasang
cawan pada penyangga contoh di antara terminal bom.
3. Hubungkan
kawat pembakar dengan panjang standar yang melintasi terminal bom.
4. Ikatkan
benang katun dgn panjang standar yang dililitkan pada kawat pembakar sedemikian
rupa sehingga ujung benang katun menyentuh bagian atas contoh batubara.
5. Masukan 5
ml air ke dalam bomb.
6. Pasang bom
dan isi dengan oksigen dengan pelan-pelan sampai 25 atmosfir.
7. Isi bejana
calorimeter dengan volume air (atau massa) standar. Suhu air ini kira-kira 2 oC di bawah suhu jaket calorimeter.
8. Masukkan
bom yang telah terpasang kedalam bejana kalorimeter, periksa tidak ada udara
yang bocor. Jika terjadi kebocororan udara hentikan pengujian.
9. Hubungkan
elektroda dan pasang tutup pada posisinya. Hal ini akan menempatkan pengaduk
dan alat sensor dengan tepat.
10. Nyalakan
alat pengduk.
11. Masukkan
data berikut ini ke dalam mikroprosessor:
• No.sample
• Sample massa
• Bomb no
12. Calorific
value ditetapkan secara otomatis, dan pada akhir pengujian, hasil diperlihatkan
dan dicetak.
13. Catat
hasilnya. Ingat hasil ini harus dikoreksi dengan factor belerang sebelum
pembuatan hasil akhir. Hasil kalorimeter cetakan harus disimpan bersama”lembar kerja”
yang sesuai untuk laporan.
14. Matikan
calorimeter, angkat tutupnya dan keluarkan terminal pembakar.
15. Keluarkan
dan bukalah bomb. Periksa residu karbon yang tidak terbakar dan kesempumaan
pembakaran. Hasilnya harus ditolak dan pengujianpun harus diulangi jika karbon
yang tidak terbakar lebih dari 0,6 gram.
16. Bilas bagian
dalam bomb dan terminalnya menggunakan air suling dengan hati-hati dan
keringkan seluruh permukaan. Tindakan tersebut akan mencegah karat yang di
sebabkan gas asam yang terbentuk selama penetapan.
17. Periksa,
beri tanggal dan tandatangani lembar kerja dan serahkan ke supervisor laboratorium
untuk di setujui.
18. Bersihkan
tempat kerja dan simpan peralatan pada tempatnya.
19. Supervisor
harus menghitung koreksi belerang terhadap hasil yang didapat dan dimasukkan
dalam laporan akhir.
20. Koreksi
belerang (sulphur) = 0,0942* (sulphur %) MJkg
21. Bila contoh
telah di “campur” dengan asam benzoat atau paraffin, supervisor harus menghitung calorific value contoh di
bawah pengujian.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisa
- Total
Sulfur
Lab. Sample ID
|
EX.
Balikpapan
| |
Mass of Coal (m)
|
0,3000
|
0,3000
|
%
Total Sulphur
|
0,946
|
0,939
|
Mean % Total Sulphur
|
0,94 %
|
JOB NO.
|
LAB ID
|
Method
|
Weight...
|
Stad (%)
|
Std (%)
|
Analysi...
|
Operator
|
Date
|
ROUND ROBIN
|
ex bppn
|
LOW NEW
|
0.300000
|
0.946480
|
0.946480
|
80
|
FAHMI
|
2013-7-11 14:50
|
ROUND ROBIN
|
ex bppn
|
LOW NEW
|
0.300000
|
0.939331
|
0.939331
|
78
|
FAHMI
|
2013-7-11 14:52
|
·
Moisture
in the analysis sample
| |||
Lab.
sample ID
|
EX Balipapan
| ||
Dish
No.
|
27
|
28
| |
Wt.
of dish+lid+sample before heating (m2)
|
13.6552
|
13.7840
| |
Wt
of dish +lid before heating (ml)
|
12.6536
|
12.7845
| |
Wt.
of dish+lid+sample after heating (m3)
|
13.4638
|
13.5913
| |
%
Moisture in the analysis sample =
|
19.150
|
19.280
| |
Mean
|
19.22
| ||
·
Ash
Content
| |||
Dish
No.
|
21
|
22
| |
Wt.
of dish +lid + sample before heating (m2)
|
22.0000
|
18.7269
| |
Wt.
of dish +lid before heating (ml)
|
21.0059
|
17.7269
| |
Wt.
of dish +Lid + residue after heating (m3)
|
21.0409
|
17.7622
| |
Wt.
of dish +Lid after heating (m4)
|
21.0048
|
17.7253
| |
%
Ash Content = ( m3-m4 ) x 100 ( m2-ml )
|
3.61
|
3.69
| |
Mean
|
3.65
| ||
·
Volatile
Matter
| |||
Crucible
No.
|
1
|
2
| |
Wt.
ofcrucible+lid+sample before heating (m2)
|
13.3443
|
13.7675
| |
Wt
of crucible +lid before heating (ml)
|
12.3442
|
12.7671
| |
Wt.
of crucible+iid+sample after heating (m3)
|
12.7668
|
13.1881
| |
VM
= ( m2-m3 ) x 100
(m2-ml ) Mean
|
57.744
|
57.916
| |
57.83
| |||
%
Volatile Matter = VM - % Inherent Moisture
|
38.61
| ||
Fixed
Carbon
(
100 - % Inherent Moisture - % Ash - % Volatile Matter)
|
38.52
|
·
Calorific Value
Lab.
Sample ID
|
Ex. Balikpapan
| ||
Crucible
ID
|
|
| |
Mass
Paraffin = (A)
|
g
|
|
|
Mass
Coal
|
g
|
1.0006
|
1.0005
|
Mass
Paraffin + Coal (B) If used paraffin
|
g
|
|
|
Heat
from Coal + Parrafin= C
|
MJ/Kg
|
|
|
Heat
Coal (D) = (CxB) - ( 46.0 xA)
|
|
|
|
Heat
from 1 gram Coal = D / (B-A)
|
|
|
|
Mean
without sulphurcorr= E
|
|
| |
If
not used Paraffin
Heat
from 1 gram Coal
|
MJ/Kg
|
22.3719
|
22.3519
|
Mean
without sulphurcorr= F
|
MJ/Kg
|
22.3619
| |
Total
Sulphur in Coal = G
|
%
|
0.94
| |
Sulphur
Correction (H) = ( 0.0942 ) x G
|
|
0.0885
| |
Gross
Calorific Value {(EorF)-H} (I)
|
MJ/Kg
|
22.2734
| |
Gross
Calorific Value (I x 238.8461) =
|
Cal/g
|
5.320
|
- Data Hasil Pengujian Batubara
Kadar (%)
|
Hasil
|
Kadar air (Moisture in Analysis)
|
19.32 %
|
Abu (Ash
Content)
|
3.51 %
|
Zat
Terbang (Volatile Matter)
|
38.26 %
|
Fixed
Carbon
|
38.86 %
|
Total Sulfur
|
0.94 %
|
Relative
Density
|
1.40 %
|
Calorific
Value
|
22.2734 MJ/Kg
5320 Cal/g |
B. Pembahasan
Dalam
pengerjaan analisa sample batubara harus disertakan pengerjaan analisa Daily
Check (in House Standard) yaitu untuk lebih meyakinkan ketepatan hasil analisis
yang di lakukan oleh analis.
Selain
Daily Check (DC), dalam pengujian juga harus di sertakan dengan Composite yaitu
gabungan dari seluruh sample yang di analisis, gunanya untuk mengetahui hasil
dari semua sample dan di jadikan patokan dalam analisis.
Round
Robin (RR) adalah Sample buatan yang dibuat untuk mengetahui seberapa besar
ketepan suatu metode di Laboratorium tertentu, hasil nya pun telah diketahui
sebelumnya oleh tim penguji laboratorium. Biasanya di lakukan selama 3 bulan
sekali dan berasal dari daerah tertentu seperti Balikpapan, Mojokerto, dll.
1.
Analisa Proximater
a.
Penetapan
kadar air lembab (Moisture in
Analysis)
Pada penentuan kadar air lembab,
contoh batubara dipanaskan selama 3 jam pada suhu 100 – 105 °C. Untuk mencegah
terjadinya oksidasi pada batubara, ke dalam oven dialirkan gas nitrogen bukan
gas oksigen karena pada pemanasan C dan H sebagai komponen utama dalam batubara
akan teroksidasi oleh O2 , sehingga pengurangan berat contoh
sebelum dan sesudah pemanasan akan lebih besar dari yang sebenarnya, dan kadar
air lembab yang didapat tidak kuantitatif lagi.
Hubungan kadar air dengan peringkat
batubara adalah pada umumnya semakin tua semakin kecil kadar airnya. Contoh
gambut mempunyai kadar air 80 – 90 % sedangkan bituminous mempunyai kadar air
45 %.
b.
Penetapan
Kadar Abu (Ash Content)
Batubara yang kadar abunya tinggi
akan memiliki nilai kalori yang kecil. Hal ini dikarenakan kecilnya fixed carbon (karbon padat) yang
berpengaruh terhadap besarnya pembentukan energi pada proses pembakaran
batubara.
Pada prinsipnya kadar abu ditentukan
berdasarkan selisih berat batubara sebelum dan sesudah pemanasan temperatur
815°C selama 3 jam.
Pada kondisi tersebut di atas semua
zat organik teroksidasi menjadi CO2 dan H2O,
sedangkan zat anorganiknya menjadi oksidasinya.
Disebut abu dan berat oksidasi
anorganik disebut pula berat abu maka kadar abu dapat diperoleh dari berat abu
tersebut, biasanya abu batubara ini dapat pula digunakan untuk analisa
komposisi batubara yang dinamakan “ASH ANALYSIS”.Penentuan kadar abu sangat
diperlukan dalam analisis batubara yaitu untuk mengetahui kualitas dan jenis
batubara. Abu batubara biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pencampuran pada
pembuatan semen.
c.
Penetapan
Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)
Kadar volatile matter yang dilakukan adalah berdasarkan standar ISO yaitu
penetapan Zat Terbang dengan cara pemanasan pada temperatur 900°C selama 7
menit tepat. Pada penetapan ini ditentukan banyaknya zat yang menguap pada
pemanasan dengan temperatur dan waktu seperti di atas. Zat- Zat Terbang yang
dimaksud biasanya hidrokarbon yang jumlah atom C-nya rendah, misalnya CH4 perlu
diperhatikan bahwa air tidak termasuk Zat Terbang. Kadar volatile matter suatu batubara perlu diketahui terutama untuk
penambangan bawah tanah karena jika kadar volatile
matter tinggi maka akan terjadi ledakan yang sangat membahayakan jiwa
manusia.
d.
Penetapan
Kadar Karbon Padat ( Fixed Carbon )
Kadar Fixed Carbon tidak dapat dilakukan
secara langsung tetapi didapat dari hasil perhitungan secara tidak langsung
yaitu :
100
% - (% Ash - % Moisture - % Volatile Matter )
Analisis proximate secara
keseluruhan sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan dari suatu analisis
batubara karena merupakan dasar penentuan kulitas batubara dalam suatu
industri. Fixed Carbon merupakan komponen utama dalam pembentukan batubara dan
apabila ada pembakaran akan menghasilkan kalor disebabkan terjadinya pemutusan
ikatan – ikatan karbon.
2.
Analisis Total Sulfur
Total sulfur yang mewakili keseluruhan
yang ada dalam batubara dianalisa dengan High Temperature Method (HTM) contoh
dibakar pada suhu 1350°C.Belerang yang melepas sebagai sulfur dioksida
diabsorpsi dengan perhidrol lalu sulfat yang terbentuk dihitung secara
titrimetri yaitu penitaran dengan larutan penitar natrium tetraborat.
Serta dapat juga menggunakan metode
Infra Red Sulfur (IRS) atau Instrument Infra Red. Dengan membakarnya di atas
instrument sampai hasil diketahui di reading.
3.
Analisis Calorific Value
Nilai kalori batubara tergantung pada
peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat Batubara, semakin tinggi Nilai
Kalorinya. Pada Batubara yang sama Nilai Kalori dapat di pengaruhi oleh
moisture dan juga Abu. Semakin Tinggi Moisture dan Abu, semakin rendah Nilai
kalorinya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa:
1.
Batubara
adalah batuan atau mineral yang secara kimia dan fisika adalah heterogen yang
mengandung unsur-unsur karbon, Hidrogen, Oksigen sebagai unsur utama serta belerang
dan Nitrogen sebagai unsur tambahan.
2.
Komponen
lain adalah senyawa anorganik pembentuk abu tersebut sebagai partikel zat yang
terpisah - pisah dalam batubara.
3.
Fixed
Carbon tidak dapat dianalisis secara langsung tetapi dapat dihitung seperti di
bawah ini:
% fixed Carbon = 100 % - ( % Ash - %
moisture - % Volatile Matter )
4. Kandungan gas buang (SO2)
Hasil Pembakaran cukup kecil (di bawah 1% atau 0,94%) sehingga tidak
menimbulkan pencemaran udara di sekitar daerah pembakaran.
5. Nilai Panas (Calorific Value) dari
sample adalah 5320 Cal/g itu berarti, sample yang di analaisis merupakan
golongan Batubara Sub-Bituminous (Batubara Bitumine Pertengahan) yaitu berkisar dari 3000 – 6300 Cal/g. Dan
dapat di manfaatkan sebagai Pembakaran dalam suhu rendah.
B. Saran
1. Agar di tahun mendatang pihak
sekolah dapat menjalin kerjasama yang lebih luas lagi,seperti mengadakan
kunjungan industri khususnya pada dunia pertambangan
2. Bagi siswa siswi yang akan melakukan
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) agar mempersiapkan diri dengan berusaha
menguasai pengetahuan tentang parameter analisa yang akan dikerjakan pada saat
PRAKERIN
3. Pihak sekolah lebih menjalin
komunikasi dengan pembimbing yang ada di tempat PRAKERIN.
KISAH NYATA..............
BalasHapusAss.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.
KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!
((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))
Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :
Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll
Syarat :
Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda
Proses :
Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur
Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :
Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt
Prosedur Daftar Ritual ini :
Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP
Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR
Kirim ke nomor ini : 085320279333
SMS Anda akan Kami balas secepatnya
Maaf Program ini TERBATAS .
Selamat malam bang, saya boleh minta contactnya bang? Urgent bang.. Saya sedang mengerjakan TA yg membahas tentang batu bara di kalimantan. Atas perhatian terima kasih.
BalasHapus