BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Plastik
merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad
ke-20 yang berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus
ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220
juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan material plastik di negara-negara
Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat mencapai
80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.
Diperkirakan
ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam
satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk
membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon
ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik
mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari
senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi
(non-biodegradable). Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer
polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur
mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga
membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun, sehingga jika tercecer di tanah,
bahan ini akan merusak lingkungan, menghambat peresapan air, menyebabkan
banjir, dan merusak kesuburan tanah. Setiap tahun satu triliun tas kresek
digunakan di dunia. Rata-rata setahun setiap orang di dunia ini menggunakan
sekitar 170 tas kresek. Faktanya hanya 1 persen tas kresek yang didaur ulang.
Berarti setiap satu menit, ada 2 juta tas kresek yang dibuang. Jika
dibentangkan, tas kresek itu mungkin bisa membungkus permukaan bumi 10 kali.
Sebanyak 80 persen sampah di
lautan berasal dari darat dan 90 persen di antaranya adalah plastik. Data PBB
menyebutkan setiap mil persegi ada 46.000 sampah plastik mengambang di lautan.
Menurut laporan Greenpeace, sampah plastik yang masuk ke laut menyebabkan
sedikitnya 267 jenis biota laut menderita karena sampah plastik. Bahkan, setiap
tahun lebih dari satu juta biota laut seperti burung laut, ikan paus, dan penyu
mati karena mencerna atau terjerat sampah plastik. Membakar tas kresek, selain
mencemari udara, juga akan menghasilkan gas dioksin yang jika terhirup akan
membahayakan kesehatan manusia.
Untunglah saat ini muncul
teknologi baru kemasan plastik biodegradable. Plastik jenis ini dapat dibuat
dari polimer alami. Plastik ini dikenal dengan Poly Lactic Acid (PLA). Ini
adalah polimer dari sumber yang terbarukan dan berasal dari proses esterifikasi
asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri menggunakan
substrat pati atau gula sederhana. Poly Lactic Acid juga memiliki sifat tahan
panas, kuat, dan merupakan polimer yang elastis. Pisang
adalah salah satu buah yang memiliki banyak manfaat salah satunya daun pisang,
banyak orang menggunakan daun pisang untuk membungkus makanan bahkan zaman
dahulu orang orang menggunakan daun pisang untuk atap mereka agar terlindung
dari panas matahari dan hujan. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis panas dan lembap,
terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun,
produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia, Kepulauan
Pasifik, negara-negara Amerika Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara utama
pengekspor pisang. Masyarakat di negara-negara Afrika dan Amerika Latin dikenal
sangat tinggi mengonsumsi pisang setiap tahunnya.
Banyak
sekali orang Indonesia yang mengkonsumsi pisang dan mengolahnya menjadi berbagai
macam cemilan ataupun makanan lainnya, namun seringkali sebagian orang hanya
mengolah dan mengkonsumsi buahnya saja dan membuang kulitnya sehingga menjadi
sampah padahal kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein,
dan juga lemak yang cukup (Sulffahri.2008). Hasil analisis kimia menunjukkan
bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 persen dan
karbohidrat (zat pati) sebesar 18,50 persen. Karena kulit pisang mengandung zat
pati maka kulit pisang dapat diolah menjadi sebuah plastik polimer alami yang
dapat dipakai oleh seluruh umat manusia didunia, sehingga yang awalnya sebuah
sampah yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat menjadi suatu produk yang
bernilai tinggi ekonominya dan menambah devisa negara Indonesia serta membuka
peluang usaha baru bagi masyarakat.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dihadapi adalah:
1. Bagaimana memanfaatkan kulit
pisang bagi masyarakat sekitar?
2. Bagaimana cara pembuatan plastik
polimer alami yang terbuat dari kulit pisang?
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan
pada penilitian kali ini yaitu memfermentasikan zat pati yang terdapat pada
kulit pisang menjadi asam laktat sehingga dapat di ubah menjadi plastik
biodegreadable sekaligus pemanfaatan kulit pisang yang biasanya terbuang dan
terbakar percuma tanpa mengetahui manfaat dari kulit pisang itu sendiri.
D. KEGUNAAN
Pembuatan sesuatu pastilah
memiliki kegunaan yang diharapkan dapat membantu jalannya kehidupan makhluk
hidup didunia. Kegunaan dalam progam ini adalah sebagai berikut:
1.
Plastik polimer ini dapat digunakan untuk menyimpan barang
bawaan pada saat berbelanja.
2.
Plastik polimer ini juga dapat membusuk dengan cepat
karena bersifat biodegreadable.
BAB II
ISI
E. TINJAUAN PUSTAKA
Amilum atau dalam bahasa
sehari-hari disebut pati terdapat dalam berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang
disimpan dalam akar, batang buah, dan sebagai cadangan makanan. Pati adalah
polimer Glukosa dan ditemukan sebagai
karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon,
pisang, jagung dan lain-lain (Poedjiadi A, 1994). Hidrolisis adalah reaksi
kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat baru atau
lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan menggunakan air. Proses ini melibatkan
pengionan molekul air ataupun peruraian senyawa yang lain. (Pudjatmaka dan Qodratillah,
2002). Reaksi hidrolisis pati berlangsung
menurut persamaan reaksi sebagai berikut :
(C6H10O5)n
+ n H2O + CH3COOH → n(C6H12O6)
Polly Lactid Acid (PLA)
Pati air glukosa Karena reaksi
antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk memperbesar
kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan katalisator
ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis tersebut
berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat,
asam nitrat dan asam khlorida. Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam Asetat sehingga persamaan reaksi yang
terbentuk sebagai berikut : (C6H10O5)n + n H2O
→ n(C6H12O6)
Pati air glukosa (Agra dkk,1073)10 3.1.
Faktor-faktor
Yang Berpengaruh Pada Proses Hidrolisa Hidrolisis adalah suatu proses kimia
yang menggunakan H2O sebagai pemecah suatu persenyawaan proses
hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.
Jumlah kandungan karbohidrat pada bahan baku
b.
Jumlah kandungan karbohidrat pada bahan baku
sangat berpengaruh terhadap hasil hidrolisis asam, dimana bila kandungan
karbohidrat sedikit maka jumlah gula yang terjadi juga sedikit, dan sebaliknya
bila suspensi terlalu tinggi mengakibatkan kekentalan campuran akan semakin
meningkat, sehingga tumbukan antara molekul karbohidrat dan air akan semakin
berkurang, dengan demikian maka reaksi pembentukan glukosa semakin berkurang.
c.
Bahan yang hendak dihidrolisa diaduk dengan air
panas dan jumlah bahan kering umumnya sekitar 18 – 22%. pH: pH berpengaruh
terhadap jumlah produk hirolisa. pH ini erat hubungannya dengan konsentrasi
asam yang digunakan pada umumnya. pH terbaik sekitar 2,3.
d.
Tekanan berpengaruh terhadap jumlah produk hidrolisis.
Pada umumnya waktu hidrolisa yang
dibutuhkan sekitar 40 – 50 menit. Untuk hidrolisis yang berlangsung pada
tekanan atmosfer titik didih larutan 100°C.
Suhu:
Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisa karbohidrat akan mengikuti persamaan
Arhenius, bahwa semakin tinggi suhunya semakin tinggi konversi yang didapat,
tetapi kalau suhu terlalu tinggi konversi yang diperoleh akan menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya
glukosa yang pecah menjadi arang, yang ditunjukkan oleh makin tuanya warna
hasil. Disamping itu pada suhu yang tidak terlalu tinggi (tidak melebihi titik
didih air) air sebagai zat penghidrolisa tetap berada pada fasa cair, sehingga
terjadi kontak yang baik antara molekul – molekul serbuk kulit pisang dengan
sebagian air. Dengan demikian reaksi dapat berjalan dengan baik.
F.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Gelas kimia 1000 mL, 250 mL
b.
Mixer
c.
Blender
d.
Nampan Alumunium
e.
Sendok teh
f.
Hotplate
g.
Oven
2.
Bahan
a.
Kulit Pisang
b.
Tepung Maizena
c.
Asam Asetat ( CH3COOH )
d.
Gliserin
e.
Air
G. METODE PELAKSANAAN.
Metode pelaksanaan pembuatan
plastik polimer ini memeliki beberapa langkah-langkah yang akan diuraikan satu
persatu dibawah ini. Berikut adalah uraian kagiatan yang dilakukan dala pembuatan
plastik polimer.
1.
Cuci bersih beberapa kulit pisang mentah, kemudian
rendam dengan air garam kurang lebih 12 jam lalu dihaluskan
dengan penambahan air secukupnya menggunakan blender. Setelah itu, kulit pisang yang telah
halus disaring untuk diambil airnya, yakni sari pati kulit pisang.
2.
100 mL sari pati kulit pisang ini lalu
dicampur 2 sdt asam cuka dan 2 sdt gliserin,. Lalu, campuran pati
kulit pisang, asam cuka dan gliserin dipanaskan di atas api dan setelah
kurang lebih 2 menit
3.
Ditambahkan
2 sdt tepung maizena dan dipanaskan kembali selama 15 menit sambil terus
diaduk. Hasilnya akan seperti gel berwarna putih.
4.
Dan dicetak kedalam tampan hingga merata, kemudian
dikeringkan dan dipanaskan.
5.
Dan terbentuklah plastik lembaran.
BAB III
PENUTUP
A. PEMBAHASAN
Dalam
kehidupan sehari-hari kulit pisang tidak di manfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat, sehingga kita mencoba
memanfaatkan kulit pisang tersebut menjadi Bioplastik.
Pada proses
pembuatan plastik polimer alami menggunakan bahan dasar kulit pisang dengan
penambahan asam cuka yang berfungsi untuk memecah rantai Pati menjadi gugus
Lactat Acid (polimer plastik) kemudian di tambahkan gliserin yang berfungsi
sebagai zat pembuatan plastik dan dipanaskan dengan tujuan untuk membantu proses
pemecahan pati menjadi lactid acid, setelah itu ditambahkan maizena yang
berfungsi untuk mengentalkan bahan baku plastik dan dipanaskan selama 30 menit
dengan tujuan untuk membantu proses polimerisasi dari lactid acid menjadi Poli
Lactid Acid (PLA). Setelah di
Dalam
pembuatan sistesis ini dilakukan beberapa percobaan:
1. Pati kulit
pisang ditambah asam cuka, gliserin, dan tepung maizena kemudian air dan
dilakukan pemanasan sampai kental tanpa dibatas waktu. Dan dicetak kedalam
tampan kemudian dilakukan pengeringan.
2. Pati kulit
pisang ditambah asam cuka, gliserin, dan tepung maizena kemudian air dan
dilakukan pemanasan kurang lebih 15 menit. Dan dicetak kedalam tampan kemudian
dilakukan pengeringan.
3. Asam cuka,
gliserin, dan tepung maizena kemudian air dan dipanaskan sampai terbentuk
seperti amylum. Dan dicetak kedalam
tampan kemudian dipanaskan dengan menggunakan oven.
4. Pati kulit
pisang, asam cuka, gliserin kemudian diaduk hingga merata kurang lebih 2 menit
dan ditambah tepung maizena dan dipanaskan selama 15 menit sampai campuran
tersebut mengental kemudian dicetak dan dipanaskan dengan menggunakan oven.
5. Sebelum
dilakukan penghalusan, kulit pisang tersebut direndam dengan menggunakan air
garam selama 12 jam dengan fungsi untuk menghilangkan kandungan tanin dalam kulit
pisang tersebut. Kemudian dihaluskan, sari kulit pisang tadi ditambah asam
cuka, gliserin dan dipanaskan selama 2 menit. Setelah itu ditambah tepung
maizena dan dipanaskan kembali selama 15 menit, dicetak dan dikeringkan dengan
sinar matahari.
Dari percobaan
di atas didapat hasil sebagai berikut:
1. Percobaan
pertama hasil lembek dan tidak elastis diperkirakan kurang dalam pemanasan.
2. Percobaan kedua
sedikit lembek dan kurang elastis diperkirakan kurang dalam pengeringan.
3. Percobaan
ketiga terlalu keras, kering dan terlalu tipis diperkirakan karena suhu
pemanasan terlalu tinggi.
4. Percobaan
keempat keras, tebal tapi kurang elastis diperkirakan masih terdapat tanin
didalam kulit pisang tersebut.
5. Percobaan
kelima keras, tebal tapi masih tidak elastis diperkirakan proses pembentukan
polimernya tidak sempurna.
B. KESIMPULAN
Hasil dari beberapa
percobaan yang telah dilakukan dalam pembuatan bioplastik dengan menggunakan
bahan baku kulit pisang ini ternyata mengalami beberapa kendala dikarenakan
polimer plastik (PLA) tidak terbentuk secara sempurna sehingga hasilnya tidak
elastis dan tidak kuat.
Alhamdulillah.
BalasHapusTerimakasih sudah bisa belajar tentang pembuatan bio plastik dari kulit pisang. Amat sangat berguna untuk kehidupan kita.
Terimakasih.
Kak kenapa kulit pisang harus direndam air garam selama 12 jam
BalasHapusIzin ide nya ya 🙏 terima kasih banyak
BalasHapus